JAKARTA, KalderaNews.com – Cianjur dilanda gempa dengan kekuatan Magnitudo 5.6, Senin, 21 November lalu. Ratusan nyawa melayang dan ribuan warga terdampak gempa.
Profesor Riset BRIN bidang Ilmu Kebumian, Danny Hilman Natawidjaja mengatakan, gempa di Cianjur terjadi lantaran sumber gempa di darat dari satu sesar aktif di dekat Cianjur yang belum terpetakan sebelumnya.
“Memang dekat dengan jalur Sesar Cimandiri yang sudah dikenal sejak lama, tapi itu bukan di Sesar Cimandiri,” jelas Danny Hilman.
BACA JUGA:
- Ratusan Sekolah di Cianjur Rusak Akibat Gempa, Siswa Belajar Daring
- Universitas Suryakancana Cianjur Terdampak Gempa, Ditjen Diktiristek Salurkan Bantuan
- Guru Tetap Tenang Saat Gempa, Solusi Temukan Keputusan Terbaik
Menurut Danny Hilman, gempa tidak dapat diprediksi, tapi persiapan itu yang harus kita lakukan baik di tata ruang ataupun yang lebih penting lagi adalah di kode bangunan yaitu struktur bangunan yang tahan gempa.
“Kebanyakan kerusakan terjadi penyebabnya adalah struktur bangunan yang tidak tahan gempa. Strukturnya tidak baik,” kata Danny Hilman.
Seluruh Jawa waspada gempa
Hal senada dikatakan Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Mudrik Rahmawan Daryono.
Mudrik Rahmawan mengatakan, gempa bumi di Cianjur pada awal terjadi diperkirakan berasal dari sisi sebelah selatan yaitu dari sesar Cimandiri.
“Tetapi hasil posisi gempa dari kawan-kawan seismologi, dari BMKG, menunjukkan dia berada di arah utaranya, mengindikasikan bahwa bukan bagian dari sesar Cimandiri. Jadi sesuatu sesar yang belum terpetakan,” papar Mudrik Rahmawan.
Menurut Mudrik Rahmawan, sebuah gempa bumi akan berulang di lokasi yang sama. Gempa bumi akan memiliki periode ulang.
BRIN pun telah melakukan penelitian untuk mencari tahu jejak-jejak yang sebenarnya dari patahan-patahan yang menghasilkan gempa bumi.
“Kami melakukan penelitian dengan melihat kejadian gempa bumi lampau, gempa bumi yang pernah terjadi di wilayah Jawa Barat, bahwa gempa pernah terjadi tahun 1800 an sekian. Jadi kalau kita hitung kemungkinan kalau dia bersumber dari lokasi yang sama dia memiliki periode ulang 180 tahun.Tapi kita harus lebih rinci menunjukkan di mana jelas sesar aktif itu berada,” papar Mudrik Rahmawan.
Menurut Mudrik Rahmawan, hampir seluruh wilayah Pulau Jawa memiliki sesar yang memiliki potensi gempa yang besar. Hal ini harus selalu diwaspadai dan masyarakat akan selalu hidup dengan ancaman itu.
“Kita semua harus melakukan kesiapsiagaan ini, termasuk Jakarta, Bandung, Cirebon, di wilayah seluruh Pulau Jawa dan Sumatera itu sesuatu yang harus kita lakukan,” tegas Mudrik Rahmawan.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply