SEMARANG, KalderaNews.com – Rektor Universitas Sanata Dharma (USD), Albertus Bagus Laksana, S.J., S.S., Ph.D. menegaskan Universitas Sanata Dharma (USD) ada, bertahan dan terus maju karena dukungan dari semua anggota keluarga besar, termasuk para pendahulu.
Karena itu, ziarah di tempat suci para Yesuit memberi energi tersendiri bagi keluarga besar USD.
“Kita ingin membangun jaringan persekutuan rohani yang selalu mengingatkan kita pada semangat Sanata Dharma di tengah berbagai situasi dan tantangan yang kita hadapi. Hari ini kita pantas bersyukur karena kebersamaan yang kita bangun dalam persekutuan, memberi energi dalam melanjutkan peziarahan keluarga besar USD,” ungkapnya dalam rangka wawanhati Dies Natalis ke-67 Sanata Dharma di Girisonta, Semarang baru-baru ini.
BACA JUGA:
- Romo Bagus Laksana SJ Resmi Dilantik Jadi Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
- Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Gelar Wisuda 10 Kali Selama 5 Hari
- Universitas Sanata Dharma (USD) Gelontorkan Beasiswa Cerdas Humanis, Bebas Biaya Kuliah 4 Tahun
Acara wawanhati dipandu oleh Ketua Dies Natalis ke-67 sekaligus Wakil Rektor IV USD, Caecilia Tutyandari, Ph.D. Dalam acara yang penuh keakraban tersebut hadir Rm. Prof. Dr. Paulus Suparno, SJ, M.S.T. (Rektor USD periode 2001-2006), Rm. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyatamtama, SJ (Rektor USD periode 2006-2014) dan Rm. Agustinus Sugiyo Pitoyo, SJ., Ph.D. (Yayasan Sanata Dharma).
Romo Wiryono yang melayani sebagai rektor dua periode menyampaikan kesannya tentang Sanata Dharma, “Kesan utama tentang Sanata Dharma justru saat menjadi Provinsial Yesuit, yaitu menyiapkan para Yesuit untuk berkarya di satu-satunya universitas Yesuit di Indonesia ini.
“Salah satu tugas itu adalah menyiapkan seorang frater untuk berkarya di Timor Leste di masa genting dan sekarang beliau menjadi Rektor Sanata Dharma,” ungkapnya.
Senada dengan Rama Wir, Rama Paul yang menjabat sebagai rektor pada periode sebelumnya menyampaikan kalau ia diutus untuk melayani Sanata Dharma.
“Saya bertugas membantu dosen dan karyawan melayani para mahasiswa. Bisa melayani itu kalau kenal dan dekat. Maka saya sering bertemu membentuk paguyuban-paguyuban, yang sudah dirintis sejak masa Romo Sastro. Modal saya dalam melayani hanya menyediakan telinga dan hati untuk mendengar semua hal, termasuk kritik dari mereka yang mungkin berseberangan,” paparnya.
*Jika artikel ini bermanfaat, silakan dishare kepada saudara, sahabat da teman-temanmu.
Leave a Reply