JAKARTA, KalderaNews.com – Bertepatan dengan Hari Museum Indonesia, 12 Oktober, Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan meluncurkan tiga museum.
Tiga museum tersebut adalah Museum Batik Indonesia di Jakarta, Museum Semedo di Tegal, dan Museum Song Terus di Pacitan.
“Selamat Hari Museum Indonesia, terutama kepada para pengelola museum yang berkontribusi sangat luar biasa,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid saat peluncuran ketiga museum dari Museum Batik Indonesia, di Jakarta.
Dirjen Hilmar mengatakan, museum merupakan ruang publik yang terbuka bagi siapa saja yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
BACA JUGA:
- Jarang Diketahui, 12 Oktober Hari Museum Nasional, Begini Sejarahnya
- Misteri di Balik Batu Penggilingan Abad Ke-18 di Balai Budaya Condet dan Museum Sejarah Jakarta
- Museum Manusia Purba Sangiran Diwacanakan Kayak Jurassic Park Hingga Flinstone
Maka, Dirjen Hilmar mengajak seluruh pihak, baik pemerintah, sekolah, komunitas, terlebih kepada generasi muda untuk bersama-sama berkegiatan di museum.
“Museum sejatinya adalah sumber ilmu pengetahuan, dan kita berharap anak-anak yang ada dan berdekatan di wilayah tersebut bisa menjadikan museum sebagai sumber belajar dan sumber inspirasi. Dan hendaknya ini semua menjadi penguat kita sebagai bangsa yang punya peradaban,” ujar Dirjen Hilmar.
Sejalan dengan tema Hari Museum Indonesia Tahun 2022 yaitu ‘Museum sebagai Sumber Inspirasi Bangsa’, pemerintah mengajak kembali seluruh masyarakat untuk semakin menghargai dan mengoptimalkan peran dalam pelestarian dan pemajuan kebudayaan.
Yuk kenalan dengan tiga museum baru ini!
Museum Batik Indonesia, Museum Semedo, dan Museum Song Terus merupakan tiga dari sebelas museum yang dibangun sejak 2010 hingga 2022.
Pembangunan ketiga museum ini merupakan bentuk upaya pelindungan, pemanfaatan, dan pelestarian kebudayaan oleh pemerintah melalui Kemendikbudristek.
Museum Batik Indonesia
Museum Batik Indonesia terletak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, didirikan sebagai tindak lanjut dari pencatatan Batik Indonesia ke dalam UNESCO Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity pada tanggal 2 Oktober 2009.
Museum ini didirikan sebagai tempat pewarisan pengetahuan sekaligus budaya batik yang merupakan salah satu identitas bangsa Indonesia.
Museum Batik Indonesia menyajikan informasi mengenai sejarah batik di Indonesia, beragam koleksi kain batik dari berbagai wilayah di Indonesia, informasi teknik pembuatan batik, pemanfaatan batik baik secara tradisional maupun perkembangannya, hingga tokoh-tokoh yang berperan dalam dunia batik.
Museum Semedo
Museum Semedo terletak di lereng jajaran Pegunungan Serayu, tepatnya di ujung Desa Semedo, Kedungbanteng, Tegal, Jawa Tengah.
Penemuan sisa manusia purba, fosil flora fauna, dan berbagai artefak batu serta artefak tulang pada Kawasan Cagar Budaya Semedo mendorong Kemendikbudristek membangun sarana pelestarian cagar budaya, sarana edukasi, dan rekreasi bagi masyarakat dalam bentuk sebuah museum.
Bangunan Museum Semedo dilengkapi dengan landmark berupa monumen gading, patung gajah purba jenis Stegodon, dan penggambaran evolusi manusia purba sebagai ikon dari Kawasan Cagar Budaya Semedo.
Museum Semedo didirikan untuk melestarikan tinggalan kehidupan manusia purba, mempublikasikan hasil penelitian, serta memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai nilai penting Semedo sebagai salah satu situs arkeologi dan situs manusia purba terkemuka.
Museum Semedo menyajikan koleksi temuan spesimen Semedo 1, artefak tinggalan manusia purba jenis Homo Erectus, serta berbagai jenis fosil fauna purba sebagai bukti kehidupan pada Kala Pleistosen di Semedo.
Museum Song Terus
Museum Song Terus terletak di Dusun Weru, Desa Wareng, Punung, Pacitan, Jawa Timur.
Penemuan fosil manusia prasejarah, fosil flora fauna, dan berbagai alat batu pada Kawasan Situs prasejarah Gunung Sewu yang sebagian besar ditemukan dalam gua-gua hunian prasejarah menjadi alasan utama pentingnya didirikan museum di kawasan ini.
Kehadiran Museum Song Terus diharapkan dapat menjadi tempat untuk melestarikan tinggalan budaya prasejarah dari Kawasan Gunung Sewu dan juga sebagai wadah penelitian dan publikasi hasil penelitian Kawasan Gunung Sewu kepada masyarakat.
Museum Song Terus menyajikan berbagai koleksi tinggalan budaya prasejarah yang ada di Kawasan Gunung Sewu sejak masa Pleistosen Tengah hingga Holosen atau lebih kurang 350.000 hingga 5.000 tahun yang lalu, beserta bukti-bukti lingkungan alam pada masa tersebut.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat, dan teman-temanmu!
Leave a Reply