JAKARTA, KalderaNews.com – Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN, Mego Pinandito menegaskan bahwa data citra satelit dan analisis penginderaan jauh sangat penting untuk dimaksimalkan pemanfaatannya, salah satunya untuk menghadapi dampak perubahan iklim.
“Adanya kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim berdampak pada banyak negara kepulauan, tidak hanya di asia pasifik, tapi juga di seluruh penjuru dunia,” tegasnya di diskusi bersama para ahli terkait Konstelasi Virtual Satelit untuk Mitigasi Resiko Bencana pada Senin, 24 Oktober 2022.
Diskusi ini merupakan salah satu tindak lanjut dari tiga inisiatif yang diusulkan Indonesia dalam Fourth Ministerial Conference on Space Applications for Sustainable Development in Asia and the Pacific (MC-4 SASD) yang akan dilaksanakan di Jakarta, 26 Oktober 2022 mendatang.
BACA JUGA:
- Jarang Diketahui, 9 Juli Hari Satelit Palapa, Satelit Pertama Milik Indonesia
- Begini Penampakan Citra Satelit Sebelum dan Sesudah Letusan Gunung Semeru
- Pemetaan Satelit: Banjir Bandang di Batu Karena Pengalihan Fungsi Lahan
Para ahli dari berbagai negara bertukar best practice mengenai pemanfaatan informasi geospasial untuk mitigasi risiko bencana juga detail-detail teknis terkait konstelasi virtual satelit, termasuk di dalamnya mekanisme berbagi data citra satelit dan pengembangan basis data.
Selain itu para ahli dari masing-masing negara juga berbagi pengalaman terkait pemetaan hotspot bencana melalui machine learning dan inovasi digital. Diskusi ini juga akan membicarakan terkait rencana kerja forum pemuda untuk Space+ 2023-2024.
Mego menjelaskan negara-negara penjelajah antariksa sudah membuktikan betapa bermanfaatnya penggunaan data citra satelit terutama untuk mengurangi dampat bencana.
Mego berharap melalui kegiatan ini akan dihasilkan data best practice pemanfaatan citra satelit dari berbagai negara anggota yang dapat dijadikan referensi bagi pembuat kebijakan. Lewat referensi tersebut ia berharap bahwa pembuat kebijakan akan lebih mendukung untuk pengembangan inovasi penginderaan jauh ke depannya.
“Dalam ICC ini kita juga harus tidak hanya memikirkan terkait teknologi yang akan dikembangkan, tetapi juga bagaimana kita mendiseminasikan teknologi tersebut dan manfaatnya kepada masyarakat dalam bahasa yang mudah dipahami mereka.”
“Untuk itu kita juga harus memikirkan bagaimana memperbanyak aktivitas literasi pada masyarakat untuk meningkatkan awareness mereka, salah satunya terkait perubahan iklim dan dampaknya, serta bagaimana teknologi penginderaan jauh dapat berperan untuk penanganannya,” tambahnya.
Mego menyebut pertemuan ini merupakan kesempatan untuk saling belajar satu sama lain terkait kompetensi dan pengalaman masing-masing negara anggota.
Tidak hanya itu pemanfaatan infrastruktur dan mekanisme berbagi data antar negara anggota di bawah ESCAP harus dimaksimalkan, khususnya untuk peningkatan kapasitas.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply