Mengulik Multiverse: Sekadar Science Fiction atau Beneran Ada

Astronot Luar Angkasa
Para astronot di masa depan perlu menggunakan kacamata renang demi melindungi penglihatan mereka di luar angkasa (Foto: Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Istilah multiverse makin kita kenal dan terdengar familiar setelah launching film Doctor Strange in The Multiverse of Madness keluaran Marvel Cinematic Universe. Tidak hanya di film itu saja, multiverse juga ada di film The King Eternal Monarch, serial drama Korea.

Ketika menonton film Doctor Strange in The Multiverse  Of Madness itu kita pasti juga berpikir apakah multiverse ini benar-benar ada atau hanya science fiction belaka.

BACA JUGA:

Multiversi itu merupakan istilah yang digunaan untuk menggambarkan bahwa di luar alam semesta tempat kita tinggal ini, masih terdapat alam semesta lan sehingga ada kemungkinan bahwa diri kita ini mempunyai kembaran yang hidup di alam semesta lain tersebut.

Membahas multiverse tentu akan bersinggungan dan merujuk pada berbagai macam teori yang mendukung kebenarannya. Istilah multiverse sendiri diperkenalkan ke publik oleh seorang ahli fisika asal Amerika yang bernama Hugh Everett III.

Tahun 1954, Hugh tengah bercengkeraan bersama teman-temannya di aula Princeton University sekaligus memikirkan tema tesisnya. Saat mengobrol itu, Hugh tiba-tiba terpkir mengenai bagaimana bila efek kuantum yang ada ternyata dapat menyebabkan alam semesta ini menjadi terbelah. Kemudian, muncullah alam semesta lain. Ini yang tiba-tiba terbersit ini kemudian dikembangkannya menjadi tesis dan bahkan teorinya masih bertahan hingga sekarang.

Tesis milikHugh Everett yang berjudul Theory of The Universal Wave Function mengandung teori yang menyebutkan bahwa kita semua yang di bumi dari alam semesta ini ternyata memiliki salinannya yang tinggal di alam semesta lain. Singkatnya adalah terdapat diri kita dalam versi lain di alam semesta lain tersebut dan mungkin saja diri kita ini bukan satu-satunya yang ada.

Berhubung keberadaan alam semesta itu sangat luas yang bahkan tidak dapat diukur batas dan ujungnya, maka teori tersebut masih belum terpecahkan atau disanggah. Hal itu juga didukung oleh seorang ahli fisika bernama Max Tegmark dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengungkapkan adanya multiverse ini.

Pada tahun 2014, ia mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul Our Mathematical Universe bahwa seluruh alam semesta kita ini mungkin hanya terdiri atas elemen, atom, atau kepulauan kosmik yang tidak ada ujungnya. Max Tegmark juga menulis sebuah artikel ilmiah yang berjudul “Parallel Universe” dengan hasil adanya 4 tingkatan dalam Multiverse tersebut.

Level 1: Beyond Our Cosmic Horizon

Pada level ini menggambarkan bahwa alam semesta tempat tinggal kita memiliki wujud berupa gelembung udara yang saling berdasakan dalam ruang waktu yang disebut dengan jagad raya.

Tegmark mengginakan analogi sepeti kita tengah melihat kapal di tengah laut, saat kapal di luar horizon atau pandangan mata, maka kita tidak bisa melihatnya. Namun saat kapal itu masuk ke dalam horizon, dan mendekati kita, maka tentu saja kita dapat melihat kapal tersebut sedikit demi sedikit.

Level 2: Other Postiflation Bubbles

Dalam level ini, didasarkan pada Teori Chaotic Eternal Inflation, yang menyatakan bahwa alam semesta ini terus berkembang yang semakin ‘membesar’ sejak ternyata Big Bang, dan itu terjadi hingga sekarang ini. Dalam Level II: Other Postiflation Bubbles ini menyatakan bahwa alam semesta yang ada pada level I nantinya dapat dikelompokkan menjadi satu Multiverse, maka itu berarti jagad raya ini akan terdapat banyak multiverse.

Nah, berdasarkan teori tersebut, kita selamanya tidak akan bisa melihat Multiverse lainnya, sebab perkembangan alam semesta tersebut berjalan secara cepat.

Level 3: Quantum Many World

Dalam teori berdasarkan pada Teori Mekanika Kuantum, yang menyatakan bahwa proses kuantum yang terjadi secara acak dapat menyebabkan alam semesta menjadi bercabang dan jumlahnya tidak terbatas.

Terdapat perbedaan pada level 1 dan 3 ini, yakni letak alam semestanya. Pada level 1, menyatakan bahwa alam semesta kita dengan alam semesta ‘lain’ tersebut berada di luar horizon. Sementara itu pada level 3, menyatakan bahwa alam semesta kita dengan alam semesta ‘lain’ itu berada pada cabang kuantum yang berbeda.

Level III ini, yang mana didasarkan pada Teori Mekanika Kuantum tersebut menjadi konsep paling kontroversial.

Level 4: Other Mathematical Structures

Level 4 ini telah dibuktikan oleh dua orang fisikawan bernama Dr. Robert Foot dan Dr. Saibal Mitra asal Australia. Mereka berhasil menemukan penelitian asteroid Eros yang berupa adanya Mirror Matter. Dalam Mirror Matter ini, terdapat bayangan cermin dari sesuatu yang ada di alam semesta, berfungsi sebagai penyetabil alam semesta. Keberadaan Mirror Matter ini memiliki dua sisi, yakni bagian sisi kiri adalah alam semesta, sementara bagian sisi kanan adalah Mirror Matter itu sendiri. Saat ini, kita belum dapat melihat keberadaan Mirror Matter tersebut karena sesuatu tersebut berinteraksi dengan alam semesta kita ini hanya melalui gravitasi saja.

Tingkatan dunia paralel dalam level 4 ini justru menyatakan bahwa alam semesta ‘lain’ itu tidak hanya berada di luar horizon alam semesta kita, tetapi juga berbeda atas berbagai aspek, mulai dari waktu, hukum, dan fisika dengan alam semesta kita ini. Maka dari itu, tingkatan pada level 4 ini sulit untuk divisualisasikan.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*