Inspiring! Alumni Fisip UNPAR Ini Bagikan Tips Jadi Urban Farming, Begini Prosesnya

Alumni Fisip Unpar Jelaskan Urban Farming (Dok. Unpar)
Alumni Fisip Unpar Jelaskan Urban Farming (Dok. Unpar)
Sharing for Empowerment

BANDUNG, Kalderanews.com – Alumni Fisip Unpar, Odelia Vina, pengusaha urban farming untuk membagikan tips kepada para mahasiswa di almamaternya untuk mengisi waktu luang yang dapat dikerjakan di rumah.

Dalam Urban Farming Workshop yang diselenggarakan Biro Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Katolik Parahyangan (BKA UNPAR), ia mengatakan bahwa, urban farming yang merupakan sistem pertanian di perkotaan dengan memanfaatkan lahan terbuka hijau, menjadi sistem penghasil bahan pangan yang cepat.

“Pendistribusiannya lebih cepat. Dengan sistem hidroponik ini, kita enggak menanam sayuran saja, tapi juga bisa menanam buah-buahan juga,” tutur Odelia selaku pemilik Blessing Form Bandung, pada Jumat, 17 Juni 2022.

BACA JUGA:

Dia mengatakan jika urban farming mempunyai kelebihan yakni kita bisa memproduksi hasil pangan sendiri dan mempersingkat proses distribusi produk, itu sudah pasti, kita lebih mudah menjangkau bahan pangan kita, kemudian lebih hemat dan ramah lingkungan.

Lalu alumni Administrasi Bisnis Fisip UNPAR 2014 itu juga mengatakan jika urban farming yang ia geluti merupakan teknik hidroponik yang hanya menggunakan media air dan nutrisi dalam pengembangan tanamannya, bukan memakai media tanah.

Ada berbagai macam sistem hidroponik, diantaranya sistem Deep Flow Technique (DFT), Nutrient Film Technique (NFT), Wick, serta sistem Drip, Aeroponics, dan Water Culture yang biasanya digunakan untuk buah-buahan.

Odelia menjelaskan, sistem Wick menjadi sistem yang paling mudah digunakan, selain mudah pelaksanaannya yang hanya membutuhkan bak, peluang bisnis menjadi petani modern melalui hidroponik sistem ini pun cukup menjanjikan.

“Kita dapat kurang lebih delapan ratus ribu per bulan. Ada juga alat-alat, bahan-bahan yang enggak harus kita beli ketika produksi. Jadi bisa sampai lima kali produksi, bahkan sepuluh kali produksi masih awet. Jadi sebenarnya untuk modalnya sendiri sangat murah,” tuturnya.

Begini tata cara dan proses yang harus dilakukan untuk bertani modern menggunakan sistem Wick tersebut, yaitu:

-Menyiapkan alat dan bahan: styrofoam bekas, baskom bekas, bibit sayuran, nutrisi ab-mix, rockwool, air, gelas ukur, tusuk gigi, pinset, kain flanel, botol bekas, netpot, pembolong box, aerator, aquarium, corong.

-Pembibitan: membasahi rockwool yang sudah dipotong menjadi dadu, kemudian masukkan bibit dari tanaman di antara celah rockwool. Taruh di tempat gelap, lalu setelah semalam, keluarkan dan simpan di tempat terkena sinar matahari selama 5-6 hari.

-Pembuatan nutrisi: larutkan nutrisi ab-mix masing-masing 3.75ml ke dalam 3 liter air. Nutrisi tersebut diberikan kepada rockwool apabila kering setiap harinya.

-Pindah tanam: setelah 14 hari, pindahkan rockwool pada netpot dengan memiliki kain flanel yang disimpan pada bak berisi nutrisi 3-5 liter.

-Setelah 25 hari, sayuran dapat dipanen.

Pengenalan bisnis untuk menjadi petani modern dan pengenalan sistem hidroponik tersebut, selain diikuti mahasiswa lokal, juga tampak diikuti oleh tujuh mahasiswa asing penerima beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB). Hal tersebut menjadi salah satu kegiatan non-akademik disamping kegiatan akademik yang disediakan bagi mahasiswa.

*Jika artikel ini bermanfaat, silakan dishare kepada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*