Begini Tahapan Berduka “Stages of Grief” Selepas Kehilangan dalam Ilmu Psikologi

Kesedihan diungkapkan dengan menangis
Kesedihan diungkapkan dengan menangis (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Kehidupan tidak melulu berisi dengan hal yang menyenangkan dan membahagiakan. Dalam kehidupan kita pasti pernah mengalami duka atau kesedihan karena kehilangan. Entah itu karena kematian atau kehilangan orang terdekat, rasa sedih itu pasti menghampiri.

Penyebab kematian yang menimpa kerabat pun beragam, tetapi tahapan berduka selepas kehilangan rata-rata sama.

BACA JUGA:

Dalam dunia psikologi, tahapan berduka ini dikenal dengan Stages of Grief. Inilah tahapan berduka atau stages of grief tersebut.

Penyangkalan atau denial

Ini merupakan tahap pertama dari rasa berduka. Pada tahap ini kita seolah masih belum bisa memproses apa yang terjadi, merasa bingung, tidak percaya, dan berusaha menyangkal kenyataan. Ungkapan “Ah engga mungkin ini terjadi ‘kan kemarin dia masih baik-baik saja”, merupakan contoh adanya penyangkalan atas peristiwa yang terjadi.

Kemarahan atau anger

Ini merupakan tahap kedua. Kita merasakan banyak emosi. Entah itu rasa cemas, takut, frustasi, sedih, malu dan lainnya. Lalu kita melampiaskannya dengan kemarahan. Salah satu kemarahan yang sering terjadi adalah menyalahkan lingkungan atau bahkan menyalahkan Tuhan.

Penawaran atau bargaining

Pada tahapan berduka yang ketiga ini kita mencoba melakukan tawar menawar dengan semesta suapa diberikan kesempatan kembali ke masa lalu untuk memperbaiki keadaan. Kita berandai-andai agar peristiwa yang kita anggap sebagai penyebab rasa duka itu tidak perlu terjadi.

Pada kasus kematian kerabat, bisa saja kita berandai-andai seperti ini:

“Andai aku membawanya ke rumah sakit lebih cepat, mungkin dia akan tertolong.”

“Andai saja aku melarangnya pergi saat itu, peristiwa ini tidak akan terjadi.”

Depresi

Kita merasa putus asa dan hampa. Kita menjadi sadar bahwa apapun yang kita lakukan, kenyataan tidak dapat diubah. Kita mungkin akan ‘menarik diri’ untuk bisa berusaha mengatasi duka yang kita rasakan. Bila dalam tahapan ini kita merasa kesulitan, kita perlu mendapat bantuan dari orang terdekat atau ahli, seperti psikolog atau psikiater.

Pada tahapan berduka yang ini mungkin kita akan mempertanyakan, “Bagaimana aku hidup tanda dia.”

Penerimaan atau acceptance

Pada tahap berduka yang terakhir ini kita sudah mulai bisa menerma kenyataan yanga da dan bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Kita mungkin pasti merasa sedih, tetapi kita harus mulai hidup dengan kenyataan tersebut. Dalam tahap ini kita mulai kembali menata hidupmu ke depannya dan dapat mempergunakan waktu yang masih ada sebaik-baiknya. Ikhlas berada pada fase ini.

Dari tahapan berduka tersebut, yang harus kita tahu adalah bahwa tidak semua orang mengalami seluruh tahapan tersebut. Mungkin ada beberpa tahap yang tidak dilalui. Pada sebagian orang yang lain tahapan ini juga tidak terjadi berurutan. Bisa juga ada tahapan yang terjadi berulang-ulang.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*