JAKARTA, KalderaNews.com – Setiap tahun, terdapat wilayah di Indonesia yang mengalami banjir, terutama di dataran rendah. Masalah banjir ini memang belum dapat dicegah dengan baik, sebaliknya malah makin meningkat secara intensitas dan frekuensinya.
Secara umum kejadian banjir terjadi karena curah hujan yang tinggi. Sebagai negara tropis, Indonesia hanya mempunya dua musim. Musim kemarau dan musim penghujan yang biasanya datang pada bulan Oktober hingga April. Namun, tidak jarang hujan masih tetap turun setelah bulan April.
BACA JUGA:
- Pawang Hujan di MotoGP Mandalika, Inilah Proses Terjadinya Hujan
- Waspada Langganan Banjir dan Longsor, Puncak Musim Hujan Januari-Februari 2022
- Ini Penyebab Fenomena Hujan Es yang Berpotensi Masih Terjadi Hingga April 2022
Berdasarkan pola umum yang kerap terjadi, curah hujan yang ada di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yakni tipe monsun, tipe lokal, dan tipe ekuatorial. Yuk, kepoin masing-masing jenis hujan tersebut.
Tipe monsun
Karakteristik curah hujan di Indonesia yang pertama adalah tipe monsoon. Tipe ini dipengaruhi oleh tiupa angin musim terutama angin musim barat. Angin musim barat adalah angin yang bergerak oleh adanya tekanan tinggi dan tekanan rendah di sekitar benua Asia dan Australia secara bergantian, terutama pada bulan Desember hingga Februari.
Pada bulan-bulan tersebut, di belahan bumi akan ada musim dingin, yang akibatnya akan terjadi sel tekanan tinggi di benua Asia. Sementara itu, di belahan bumi selatan akan ada musim panas, sehingga sel tekanan rendah terjadi di benua Australia.
Perbedaan tersebut mengakibatkan takanan udara yang bertiup di kedua benua tersebut, maka pada bulan Desember hingga Februasi aka bertiup angin bertekanan tinggi di Asia menuju tekanan rendah di Australia. Angin ini yang dinamakan sebagai angin monsoon barat yang bersifat lembab dan menimbulkan hujan daripada angin monsun timur.
Tipe lokal
Karakteristik curah hujan berikutnya adalah tipe lokal. Tipe ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik setempat, berupa bentang pengairan sebagai sumber penguapan hingga pegunungan sebagai daerah tangkapan hujan.
Pola curah hujan tipe lokal ini berganting pada besarnya pengaruh kondisi setempat, yakni berkaitan dengan keberadaan pegunungan, lautan, bentang perairan lain, hingga terjadinya pemanasan lokal yang intensif.
Faktor pembentuk curah hujan tipe ini adalah naiknya udara menuju ke dataran tinggi atau pegunungan karena adanya pemanasan lokal yang intensif. Biasanya, curah hujan tipe lokal ini terjadi di daerah Sulawesi, Maluku, dan Papua. Durasi tipe lokal ini terjadi hanya satu kali maksimun curah hujan bulanan dalam satu tahunnya.
Tipe ekuatorial
Curah hujan tpe ekuatorial ini berhubungan dengan pergerakan zona konvergensi kea rah utara dan selatan mengikuti pergerakan semu matahari.
Zona konvergensi ini merupakan wilayah pertemuan dua massa udara (angin) yang berasal dari dua belahan bumi, kemudian udara tersebut bergerak ke atas. Proses bergeraknya angin menuju satu titik kemudian bergerak ke atas itu disebut dengan konvergensi, sementara tempat terjadinya konvergensi disebut dengan istilah daerah konvergensi. Daerah konvergensi ini relatif sempit dan berada di lintas rendah yang biasa disebut dengan Intertropical Convergence Zone (ITCZ).
Dengan adanya hujan di bulan Mei ini kamu akhirnya bisa mengetahui karakteristik curah hujan apa yang terjadi di daerahmu, kan. Awas, jangan keseringan hujan-hujan, ya!
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply