JAKARTA, KalderaNews.com – Idulfitri telah dilewati beberapa waktu lalu, namun makna dari pada Idulfitri itu sendiri masih akan relevan sampai kapan pun bila dihubungkan dengan bekal seorang muslim dengan akhirat.
Seperti yang disampaikan oleh Dr. Septa Candra, SH, MH., Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), ketika ia berkesempatan menjadi khatib salat Idul Fitri di Masjid Asy-Syuhada, Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pasar Bantal, Kec. Teramang Jaya, Kab. Mukomuko, Prov. Bengkulu pada 2 Mei 2022.
Lebih lanjut Dr. Septa juga menyampaikan tentang bagaimana ibadah selama bulan Ramadhan memiliki tujuan supaya umat Islam menjadi semakin bertaqwa kepada Allah SWT.
BACA JUGA:
Dr. Septa juga mengajak jamaah untuk menjadikan Idul Fitri sebagai momentum kembali ke fitrah sebagai bekal menuju kampung akhirat.
“Ibadah puasa yang kita laksanakan di bulan Ramadan, bertujuan agar kita menjadi orang yang bertaqwa. Taqwa merupakan sebaik-baiknya bekal hidup di dunia sampai ketika menghadap Allah SWT kelak. Oleh karenanya kita dituntut untuk berbekal diri dengan segala jenis amal shalih yang Allah dan RasulNya perintahkan,” kata Septa.
Dalam khutbah Idulfitri tersebut, ia menyebutkan ragam dan jenis amal soleh yang dapat ditunaikan adalah mencukupi kebutuhan dan menutupi kekurangan saudara sesama muslim, terutama kaum kerabat, fakir miskin, mualaf, musafir, serta banyak lagi lainnya.
Tidak cukup hanya dengan zakat, tetapi juga infak, sedekah dan wakaf.
“Kita juga harus memastikan keamanan dan keselamatan sesama muslim, dengan tidak menyakiti hati sesama, menjaga harga diri (kehormatan) mereka, serta tidak menyebarkan isu atau tuduhan keji terhadap sesama muslim. Seperti memfitnah, berburuk sangka serta berbagai perbuatan keji dan munkar lainnya,” ungkapnya.
Septa menyebut amal soleh lain yang bisa menjadi bekal untuk umat muslim kembali ke kampung halaman (akhirat) adalah menjaga hubungan dengan sesama manusia.
“Perbaikilah hubungan dengan sesama, terutama dengan kedua orang tua, saudara kandung dan kerabat,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa penyakit hati seperti iri, dengki, dendam, dan segala penyakit hati yang bersemayam di dada dapat menjadi duri dan sampah.
Terakhir, Septa mengajak jamaah untuk saling memaafkan, dan mempertahankan akhlak mulia yang telah diaplikasikan selama Ramadan.
“Marilah kita pertahankan akhlak mulia yang telah kita pelajari selama Ramadan seperti sabar, menjauhkan diri dari berdusta (berbohong), bergunjing dan memfitnah, bertenggang rasa kepada sesama dan segenap makhluk di muka bumi. Sehingga di momentum idul fitri ini kita kembali ke fitrah sebagai bakal menuju kampung akhirat,” ungkap Septa mengakhiri khutbah.
*Jika artikel ini bermanfaat, silakan dishare kepada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply