Waspadai Konsumsi Gula Selama Ramadan, Inilah Penjelasan dari Dosen Fakultas Kesehatan UMS

UMSurabaya
Kampus UMSurabaya. (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

SURABAYA, KalderaNews.com – Selama Ramadan umumnya orang banyak mengonsumsi makanan dan minuman manis baik untuk berbuka ataupun saat sahur.

Hal ini sebenarnya patut diwaspadai, menurut dosen dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Chlara Yunita Prabawati  pada Senin, 11 April 2022.

Diketahui, bahwa gula secara katagori masuk dalam tipe karbohidrat simple, namun jika semua jenis gula tersebut di konsumsi oleh tubuh manusia secara berlebihan maka akan menimbulkan efek secara fisiologis dan juga mempengaruhi penurunan fungsi kerja otak kita.

BACA JUGA:

Menurut Chlara Yunita Prabawati, bila terlalu banyak konsumsi gula jenis glukosa seperti yang ditemukan di tipe sumber karbohidrat seperti nasi, tepung, dan roti bisa menimbulkan sindrom ketidakseimbangan metabolisme tubuh.

“Jika hal ini dibiarkan dalam waktu lama akan memicu terjadinya naiknya tekanan darah (hipertensi), resisten insulin yang memicu diabetes mellitus tipe II, lipogenesis, retinopathy, penyakit ginjal dan gangguan inflamasi lainnya,”jelasnya.

Adapun fungsi glukosa mempunyai peran yang sangat penting pada otak manusia, karena glukosa akan memenuhi kebutuhan energi neuron di otak melalui postsypnatic dimana ini akan diubah menjadi astrocytas yang menjadi bahan bakar neuron.

Saat proses bahan bakar ini mekanisme yang terjadi di otak adalah merilis hormone dopamine pada sistem limbik yang mempengaruhi kebiasaan makan seserorang dan menstimulasi untuk proses selalu lapar, selain itu otak juga akan memerintahkan tubuh memproduksi hormon serotonin dan endocannabinoids yang meningkatkan storage lemak tubuh dan berujung dengan obesitas, saat obesitas ini terjadi tentu saja akan mempengaruhi fungsi organ tubuh secara kompleks.

Selain itu juga ditemukan tanda tubuh selalu lapar, selalu haus, selalu ingin buag air kecil, berat badan cenderung turun drastic dan kadar gula darah dengan nilai laboratorium diatas 200 md/dl  bisa menjadi indikator bahwa kita terlalu banyak konsumsi glukosa yang mengarah ke Diabetes Mellitus, kadar gula yang baik adalah Gula Darah Sewaktu (GDS) / tanpa puasa adalah < 200 mg/dL dan Gula Darah Puasa (GDP) adalah < 126 mg/dL.

Dari penelitian Wang tahun 2018 di Jerman hal yang menarik terkait konsumsi berlebih fruktosa ini ditemukan bahwa sintesa fruktosa yang berlebih akan mempengaruhi fungsi sintesis fruktosa menjadi zat yang bernama Advanced Glycation End Products (AGE’s), saat AGES’s ini diproduksi maka di otak akan secara otomatis mengirimkan sinyal untuk mengizinkan tubuh melakukan overkonsumsi kalori dengan tanda selalu lapar dan ingin makan.

“Saat hal tersebut terjadi, bagian otak yang mempengaruhi fungsi memori hippocampal juga akan terdampak fungsi kerjanya dan mengalami inflamasi sehingga dapat menimbulkan neurodegenerative disease seperti Alzheimer dan Parkinson, jika hal ini terjadi pada anak-anak akan memicu penurunan kemampuan kognitif, memori dan verbalnya,”jelas Chlara.

Ia menambahkan terlalu banyak konsumsi gula jenis sukrosa juga ditemukan di pemanis makanan, seperti  kue dan makanan manis yang menyebabkan penurunan fungsi rangka dan otot manusia terutama fungsi gerak dan fleksibilitinya.

Di akhir keterangannya dosen UMS ini menyampaikan bahwa meskipun secara kebutuhan nutrisi gula sangat dibutuhkan, namun pengaturan intake dari konsumsi gula jenis apapun perlu dilakukan, konsumsi gula alami yang bisa ditemukan di buah, gandum tinggi serat dan sayuran sangat baik untuk diterima tubuh kita, bahaya konsumsi gula sangat perlu diwaspadai mulai dari anak-anak hingga kaum lanjut usia.

*Jika artikel ini bermanfaat, silakan dishare kepada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*