Peringati HUT Ke-70, Yayasan Tarakanita Gelar Webinar Perlindungan Anak

Yayasan Tarakanita
Webinar 70 Tahun Yayasan Tarakanita dan & 185 Tahun Kongregasi CB bertajuk “Protokol Perlindungan Anak dan Dewasa Rentan di Lingkungan Pendidikan” pada Sabtu, 23 April 2022 (KalderaNews/Dok. Tangkap Layar Kanal YT Sekolah Tarakanita)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Sekolah Tarakanita mengadakan webinar inspiratif dalam rangka memperingati HUT ke-70 Yayasan Tarakanita & 185 Tahun Kongregasi CB yang juga disiarkan secara live streaming di kanal YouTube Sekolah Tarakanita pada Sabtu, 23 April 2022.

Webinar bertajuk “Protokol Perlindungan Anak dan Dewasa Rentan di Lingkungan Pendidikan” menghadirkan keynote speaker Rektor Universitas Tarumanegara & Pengurus Yayasan Tarakanita, Prof. Dr. Ir. Agustinus Purna Irawan, IPU, ASEAN Eng.

Turut hadir dalam webinar tersebut beberapa narasumber yakni Theresia Triza Yusino (Pengurus Sekretariat Gender dan Pemberdayaan Perempuan (SGPP) KWI, Rm. Ernest Justin SJ (Tim Safeguarding BKBLII KWI dan Dosen Universitas Sanata Dharma) dan Anggin Nuzula Rahma (Koordinator Bidang Kesehatan dan Pendidikan Deputi Pemenuhan Hak Anak Kementerian PPPA) dengan moderator Yustinus Heri Susilo, M.M (Kepala Bagian SDM Tarakanita Wilayah Lahat)

BACA JUGA:

Acara webinar diawali dengan pesan-pesan penuh hikmat dari Ketua Pengurus Yayasan Tarakanita, Suster Marie Yose, CB. Ia menegaskan bahwa seorang pendidik tidak dibenarkan melakukan kekerasan tehadap peserta didik. Karena luka batin akibat bullying semasa kecil akan membekas kelak sampai mereka dewasa, yang besar kemungkinan untuk mewariskan perilaku bullying tersebut kepada generasi berikutnya.

Sementara itu, Rektor Universitas Tarumanegara & Pengurus Yayasan Tarakanita, Prof. Dr. Ir. Agustinus Purna Irawan, IPU, ASEAN Eng dalam keynote speechnya mengurai sejumlah isu yang perlu menjadi perhatian khusus agar anak didik dapat belajar dengan baik, seperti perhatian terhadap kebutuhan gizi, perubahan terhadap perilaku dan kebiasaan, perhatian terhadap kebiasaan mencontek (cheating), perhatian terhadap plagiasi, perundungan (bullying), anak dengan kebutuhan khusus (ABK), kekerasan seksual, penyalahgunaan narkoba, radikalisme hingga intoleransi.

Lebih lanjut Prof. Agustinus menyampaikan bagaimana protokol perlindungan terhadap anak. Menurutnya, ada 10 langkah yang bisa dilakukan:

  • Keteladanan Guru/Karyawan/Dosen/Senior
  • Membuat aturan main yang jelas
  • Menciptakan suasana akdemik yang kondusif
  • Melengkapi dengan sarana dan prasarana yang mendukung
  • Mempunyai unit bimbingan dan konseling
  • Mempunyai guru/dosen pendamping kegiatan siswa
  • Memberikan sistem reward dan punishment
  • Tindakan cepat jika ada hal-hal yang kurang baik
  • Membuat sistem pengaduan
  • Pembinaan karakter

Di akhir presentasinya, Prof. Agustinus menyarankan agar pendidik sebaiknya menjadi sahabat bagi anak dan membagikan tip-tip untuk membangun kesadaran bersama menjadi sahabat anak.

Setelah itu, pemateri diisi oleh Rm. Ernest Justin SJ, dimana ia juga menyampaikan presentasi materi mengenai tema yang diangkat oleh panitia.

“Saya berbicara dalam konteks gereja Katolik, dimana Tarakanita sebagai lembaga Katolik maka Tarakanita berada dalam konteks gereja,” tuturnya.

Lalu pemateri dilanjutkan kepada Anggin Nuzula Rahma, dalam presentasinya menyampaikan mengenai Satuan Pendidikan Ramah Anak (SRA) Mendukung Perlindungan Anak Menuju Indonesia Layak Anak (IDOLA) 2030.

Anggin lantas menyinggung tentang isu pendidikan anak dan faktor risiko yang paling berpengaruh pada anak serta kondisi mereka saat dewasa.

Terakhir, Theresia Triza Yusino menyampaikan bahwa pilar pembangun Indonesia 2045 yang pertama ialah pembangunan manusia dan penguasaan iptek.

“Pertemuan hari ini menjadi momen buat kita semua, terutama buat saya yang sudah mempunyai kerinduan untuk berjalan dengan siapa saja yang aware dan care terhadap perempuan dan anak. Karena masa depan bangsa dan peradaban berada di tangan perempuan dan anak,” ucapnya.

“Apa jadinya bila kasus-kasus yang menimpa anak dan perempuan tidak dioptimalkan penyelesaiannya. Karena korban-korban tidak tertangani dengan baik. Marilah kita berjalan bersama untuk mengoptimalkan langkah-langkah yang terbaik, memperbaiki diri demi mewujudkan generasi penerus bangsa yang nantinya akan melanjutkan peradaban ini, terutama insan-insan Tarakanita yang meneruskan perjuangan ini,” pungkasnya.

* Jika artikel ini bermanfaat, silakan dishare kepada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*