Oleh: Elisabeth Daar *
JAKARTA, KalderaNews.com – Belajar merupakan hal penting dan sentral dalam proses pembelajaran, baik bagi peserta didik maupun bagi pendidik. Belajar merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Seluruh pengalaman peserta didik menjadi locus atau tempat dan sarana belajar.
Proses melihat, mengamati, mengalami dan memahami sesuatu merupakan bagian rangkaian utuh dari proses belajar. Semua proses tersebut terarah kepada tujuan yakni terbentuknya pribadi manusia yang dewasa, mandiri dan berkembang secara holistik. Hal itu dapat terlihat dari indikator yakni terjadinya perubahan dalam sikap dan tingkah laku, pengetahuan serta soft skill lainnya ke arah yang lebih baik.
Perubahan atau perkembangan itu tidak lain adalah hasil pengalamannya sendiri dari keseluruhan interaksi yang terjadi. Hal ini kurang lebih selaras dengan pendapat M. Sobry Sutikno. Ia mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan itu dilakukan secara sadar (disengaja) dan bertujuan untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya.
BACA JUGA:
- Mengapa Manusia Menulis?
- Kartini: Terang yang Harus Hidup, Kini dan di Masa Depan
- Pendidikan Untuk Semua: Antara Kuota Internet, Hibah dan Kepatutan
Pengertian serta tujuan kegiatan belajar di atas tentu memiliki kaitan erat dengan isi atau cita-cita Kurikulum 2013. Penerapan Kurikulum 2013 bertujuan untuk mendorong siswa agar mampu melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan (mempresentasikan) apa yang mereka ketahui setelah pembelajaran di sekolah.
Objek pembelajaran dalam kurikulum 2013 ini lebih menekankan pada fenomena alam, fenomena sosial, fenomena seni, dan fenomena budaya. Melalui pendekatan tersebut siswa diharapkan untuk memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang jauh lebih baik. Peserta didik didorong agar lebih kreatif, inovatif, dan produktif, sehingga terlatih dan mampu menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya serta memasuki masa depan yang lebih baik. Artinya harus ada pergeseran pendekatan dalam pembelajaran, yakni dari ‘berpusat pada guru’ ke ‘berpusat pada siswa’.
Namun, pembelajaran ideal tersebut di atas selalu akan bertabrakan dengan kenyataan yang terjadi di kelas-kelas. Pembelajaran yang terjadi di kelas masih nyaman dengan gaya lama, bersifat satu arah. Guru menjelaskan materi dengan metode ceramah, sedangkan siswa dituntut untuk mendengar dan mengikuti arahan yang disampaikan oleh guru.
Guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan ide dan gagasannya, apalagi untuk bereksplorasi sendiri. Dengan begitu kegiatan pembelajaran menjadi tidak bermakna, sebab tidak adanya interaksi timbal balik antara guru dan siswa. Hal ini terjadi karena asumsi dan anggapan bahwa guru sebagai satu-satunya sumber dan pusat informasi dalam belajar. Akibatnya motivasi dan minat siswa untuk belajar semakin menurun. Proses pembelajaran seperti ini masih berlangsung sampai saat ini.
Persekolahan Strada bukan tidak mungkin juga menghadapi tantangan demikian. Namun bukan tidak mungkin juga tantangan itu bisa dijadikan peluang. Sebagai salah satu sekolah swasta, Strada berupaya menemukan dan menerapkan pola pendekatan pembelajaran tersendiri sebagai bentuk terjemahan konkret dari visi Kurikulum 2013.
Maka, dalam upaya menciptakan pembelajaran yang efektif serta melibatkan siswa secara daktif dalam kegiatan pembelajaran, Sekolah Strada menerapkan metode pembelajaran yang berpola Paradigma Pedagogik Reflektif (PPR).
Pembelajaran PPR merupakan pendekatan yang menekankan pada perkembangan pengetahuan, hati, dan karakter siswa serta bagaimana cara pendidik mendampingi peserta didik agar berkembang menjadi manusia yang utuh. Pembelajaran PPR ini bertujuan agar siswa menjadi manusia bagi sesamanya, yang memiliki ciri 3C yaitu Competence (kompetensi/pengetahuan), Conscience (suara hati), dan Compassion (berbela rasa terhadap orang lain).
Penguasaan kompetensi pengetahuan membuat siswa mampu untuk berpikir secara reflektif, logis, kritis, imajinatif, kreatif, keterampilan dalam menggunakan teknologi, ketrampilan kejuruan, apresiasi seni kreatif, olahraga, dan rekreasi, serta keterampilan komunikasi yang efektif.
Selain pengetahuan, peran hati nurani juga sangat penting. Siswa diharapkan memiliki hati nurani yang dapat membedakan apa yang baik dan buruk dan memiliki keberanian untuk melakukannya, mengambil sikap bila diperlukan, memiliki hasrat akan keadilan sosial dan dapat menjadi pemimpin berpengaruh dalam komunitas atau lingkungan mereka.
Dan bagian penting lain dari hati nurani ialah kemampuan berbela rasa. Siswa dapat memiliki kepekaan dan berbela rasa serta kepedulian, penuh kasih dan murah hati untuk menolong sesama yang membutuhkan, berjalan dengan orang lain untuk menguatkan mereka, dalam solidaritas dan empati.
Untuk menopang tercapainya manusia yang demikian, pembelajaran berpola PPR menekankan empat (4) point penting. Pertama, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), yang menitikberatkan pada 5 karakter berikut, yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Ke-5 hal ini ditekankan agar karakter siswa dapat semakin berkembang secara utuh.
Kedua, Literasi yang berkaitan dengan keterampilan berpikir menggunakan sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori, yang tidak hanya sekedar membaca dan menulis.
Ketiga, Kemampuan 4C (creative, critical thinking, communicative, collaborative), berkaitan dengan Keterampilan abad 21 yang meliputi kemampuan Communication, Collaboration, Critical Thinking, Problem Solving, Creativity dan Innovation.
Dan keempat, HOTS (High order Thinking Skills) yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif.
Adapun siklus yang digunakan dalam metode pembelajaran berpola PPR adalah: Pertama, guru perlu memahami konteks peserta didik dan lingkungan sekolah. Konteks akan mempengaruhi pilihan pengalaman dan model pembelajaran yang tepat untuk digunakan. Jika pembelajaran yang disampaikan oleh guru sesuai dengan konteks, maka siswa akan mudah memahami pelajaran yang disampaikan. Konteks peserta didik meliputi asal, keluarga, budaya,dan kemampuan belajar, sedangkan lingkungan sekolah meliputi suasana belajar, nilai yang diperjuangkan dan persaudaraannya.
Kedua, Guru harus menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik sehingga mereka sungguh mengalami sendiri konstruksi pengetahuannya. Pengalaman belajar ini berkaitan dengan aspek kognitif, psikomotorik dan afektif. Pengalaman belajar bagi siswa bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman belajar secara langsung berkaitan dengan kegiatan yang dialami secara langsung oleh siswa seperti praktikum, diskusi kelompok dan praktek dengan menggunakan alat peraga. Sedangkan pengalaman belajar tidak langsung terjadi melalui membaca, simulasi, melihat video dan berimajinasi.
Ketiga, Melakukan refleksi terhadap setiap pembelajaran. Refleksi merupakan unsur yang sangat penting dan khas dalam PPR. Lewat refleksi siswa dibantu untuk menggali pengalaman mereka lebih mendalam dan mengambil maknanya bagi hidup pribadi, hidup bersama, dan hidup bermasyrakat. Peserta didik dapat diajak untuk merefleksikan pembelajaran yang telah berlangsung. Dan hasil refleksi peserta didik tersebut bisa dijadikan evaluasi untuk guru. Selain peserta didik, guru pun turut melakukan refleksi atas pembelajaran yang telah berlangsung untuk mengetahui hal apa yang perlu diperbaiki dan dipertahankan. Kegiatan refleksi ini dapat menciptakan relasi yang baik antara guru dan peserta didik dan dapat mengungkapkan dengan jujur apa yang dirasakan masing-masing.
Bagi peserta didik, hasil refleksi tersebut, dapat mendorongnya untuk melakukan aksi dalam memaknai pengalaman belajar tersebut, berupa tindakan, niat atau sikap. Misalkan peserta didik ingin lebih disiplin, lebih teliti, lebih ingin berbela rasa membantu teman lain, dan bersikap jujur. Setelah seluruh proses pengalaman, refleksi dan aksi maka perlu diadakan evaluasi. Evaluasi ini terkait dengan apakah proses tersebut berjalan baik dan dapat membantu perkembangan siswa. Apabila ada proses yang belum berjalan dengan baik, maka perlu ada perbaikan/penyempurnaan pada siklus selanjutnya.
Implementasi PPR pada intinya dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuannya sekaligus menjadi pribadi yang lebih baik dan berkarakter. Dalam metode pembelajaran berpola PPR peran guru juga sangat penting. Pembelajaran tanpa kehadiran seorang guru itu mustahil terlaksana. Dan dalam penerapan pembelajaran dengan pendekatan PPR, setiap guru diharapkan memiliki 3 sikap yang perlu selalu ditumbuhkan dan dikembangkan dalam dirinya.
Pertama, Sikap Cura personalis (kepedulian terhadap pribadi). Sikap ini penting berkaitan dengan hubungan yang baik antar warga sekolah, baik guru dengan guru, siswa dengan siswa, guru dengan siswa dan karyawan, guru dengan wali siswa atau keluarga siswa. Hubungan yang baik ini tercermin dari komunikasi dan relasi yang harmonis dan dinamis.
Kedua, Long life learning berkaitan dengan keinginantahuan seorang guru untuk terus berkembang dan belajar secara terus menerus.
Ketiga, Menjadi role model. Role model atau teladan pribadi seorang guru sangat penting dan merupakan sarana pembentukan penghayatan nilai-nilai bagi para peserta didik.
Sinergitas dan keseimbangan antara tiga sikap atau keutamaan tersebut harus menjadi nyata dalam diri pendidik. Guru yang memiliki kepedulian dan berbela rasa yang tinggi terhadap peserta didik, memiliki semangat belajar tanpa henti serta menjadi teladan dalam bersikap, bertutur kata, memberi semangat, dan aspek positif lainnya akan memacu semangat positif siswa dalam proses belajar yang lebih efektif.
Peserta didik menjadi pusat atau sentral dalam pembelajaran, tetapi guru yang berkualitas adalah kunci keberhasilannya. Dengan itu, PPR sungguh menjadi paradigma pembelajaran yang efektif serta menghasilkan manusia yang utuh dan tidak terpecah-belah.
* Elisabeth Daar adalah pendidik di SMP Strada Nawar.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply