Selamat! Monika Ruwaimana, Dosen Fakultas Teknobiologi UAJY Raih Beasiswa dari IPCC Lanjutkan S3

Ilustrasi: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. (kalderanews.com/dok.UAJY)
Ilustrasi: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. (kalderanews.com/dok.UAJY)
Sharing for Empowerment

YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Monika Ruwaimana, S.Si., M.Si, Dosen Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (FTB UAJY), berhasil meraih beasiswa dari Intergovernmental Panel of Climate Change (IPCC) dengan funding dari Prince Albert II Monaco Foundation.

Sedikit informasi mengenai IPCC, yakni merupakan panel ilmiah yang terdiri dari para ilmuwan di seluruh dunia yang didirikan dengan tujuan untuk mengevaluasi resiko perubahan iklim akibat aktivitas manusia.

Dan mengenai penghargaan tersebut diterima oleh 33 orang dari seluruh dunia, dan dua diantaranya berasal dari Indonesia, salah satunya ialah Monika.

BACA JUGA:

Monika sendiri menerima beasiswa ini dilatarbelakangi dari risetnya tentang ekologi dan kebakaran lahan gambut di Kalimantan Barat serta kaitannya dengan climate change, isu yang tengah hangat dibicarakan para ilmuwan, sehingga dirinya berkesempatan mendapatkan beasiswa tersebut.

Karena beasiswa tersebut memang ditujukan untuk mahasiswa S3 yang sedang melakukan riset terkait isu climate change.

Kisah Monika, berawal saat dosen UAJY ini mengumpulkan proposal disertasi beserta dengan publikasi jurnal ilmiah yang sudah diterbitkan.

“Proses pengumpulan data sudah saya selesaikan pada tahun 2019. Saya sudah bergabung sejak tahun 2017 dengan tim riset professor saya yang sekarang di Kalimantan. Saya merasakan kesulitan ketika proses di lab ketika awal pandemi sehingga alat lab perlu saya bawa pulang,” ungkap Monika.

Diantara proses seleksi yang dilakukan, menurut cerita Monika diantaranya yakni, mengirimkan proposal dan mengisi form, dengan ketentuan syarat terpenuhi yaitu sedang melakukan studi S3, riset terkait perubahan iklim, dan lain lain, sehingga dapat masuk ke dalam kualifikasi.

Selanjutnya dari 350 pendaftar, dipilih 33 yang diberikan award. Setelah mendapatkan beasiswa senilai 28.000 Euro, Monika memiliki rencana untuk keperluan tambahan di Amerika seperti biaya riset dan analisis sampel.

“Hampir semua bidang pasti ada beasiswanya. Tinggal bagaimana caranya kita rajin mencari informasi, bersosialisasi, komunikasi, dan ikut konferensi dengan ilmuwan lainnya sehingga bisa tahu kesempatan seperti ini,” pungkas Monika.

*Jika artikel ini bermanfaat, silakan dishare kepada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*