JAKARTA, KalderaNews.com – Pakar ekonomi Universitas Pertamina, Achmad Kautsar M.Si., membagikan tips dan trik terhindar dari investasi bodong, khususnya untuk para investor pemula.
Sebab, dari kasus investasi bodong tersebut jumlah kerugian masyarakat mencapai 117 Triliun Rupiah.
Oleh karena itu, Universitas Pertamina merasa perlu membahasnya dalam Konferensi bertema ‘Contemporary Risks Studies on Business, Economics, Communication, and International Relations during COVID-19 Pandemic’ pada 31 Maret -1 April 2022 secara daring.
BACA JUGA:
Satgas Waspada Investasi (SWI) mengatakan, investasi bodong sebenarnya bukanlah hal baru di Indonesia. Maraknya kasus investasi bodong membuat para investor merasa khawatir.
Padahal, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, hingga akhir Kuartal I 2022, terdapat peningkatan jumlah investor yang didominasi oleh gen Z dan milenial hingga menembus angka 8,3 juta. Jumlah ini meningkat 12,13 persen dari posisi akhir tahun 2021 lalu.
Pakar ekonomi Universitas Pertamina, Achmad Kautsar M.Si., membagikan tips dan trik terhindar dari investasi bodong, khususnya untuk para investor pemula.
“Pertama dan yang paling utama, pastikan lembaga atau perusahaan investasi terdaftar di OJK. Kemudian, cek dokumen perizinannya, pelajari laporan keuangannya, dan ketahui bagaimana ia memasarkan produk investasinya,” ungkapnya dalam wawancara daring, pada Hari Jumat, 15 April 2022.
Sementara, Director of Research Group, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Herman Saheruddin, Ph.D., mengatakan bahwa investasi akan aman selama nasabah melindungi investasinya. Terlebih, tren penyimpanan dana di bank untuk tabungan dan investasi mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir.
“Di LPS misalnya, simpanan nasabah dalam bentuk tabungan, deposito, giro, sertifikat deposito, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu, akan dilindungi sampai dengan total 2 Milyar Rupiah selama memenuhi syarat dan ketentuan dari LPS,” jelas Herman.
Senada dengan pernyataan tersebut, Senior Vice President Risk Management, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Ety Yuniarti mengatakan, di sektor perbankan berbagai strategi manajemen risiko telah dilakukan guna menghadirkan iklim investasi yang sehat. Namun, tak dipungkiri berbagai tantangan akibat ketidakpastian kondisi pasca pandemi masih perlu diwaspadai.
“Tantangan yang paling dirasakan adalah perubahan perilaku pelanggan, peraturan dan kebijakan yang sangat cepat. Ditambah, lingkungan eksternal yang sangat dinamis. Membuat pengembangan manajemen risiko di sektor perbankan juga harus dilakukan dengan cepat,” imbuhnya.
Kegiatan konferensi yang diadakan oleh Universiats Pertamina tersebut, juga turut dihadiri oleh pihak kementerian terkait.
Diantara menteri yang hadir, adalah: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Dr. (H.C) Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T; Menteri Dalam Negeri RI, Jenderal Polisi (Purn.) Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D; dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, BBA, MBA.
Hadir sebagai narasumber, para akademisi dari berbagai kampus prestigioud mancanegara, yakni: Prof. Dr. Benjamin K. Sovacool, University of Sussex Business School, United Kingdom; Dr. Joe Burton, University of St Andrews; dan Prof. David Alexander, University College London (UCL).
Berbagai pakar kenamaan nasional juga turut hadir dalam konferensi tersebut, diantaranya: Iman Rachman, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha, PT Pertamina (Persero); Enrico Hariantoro dan banyak lagi yang lainnya.
*Jika artikel ini bermanfaat, silakan dishare kepada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply