Lukas Djapri, Peneliti Belia “Superkapasitor dan Struktur Nano“ dari Tarakanita Citra Raya

Lukas Djapri (16), siswa kelas 10 SMA Tarakanita Citra Raya di Tangerang
Lukas Djapri (16), siswa kelas 10 SMA Tarakanita Citra Raya di Tangerang (KalderaNews/Dok. Pribadi)
Sharing for Empowerment

TANGERANG, KalderaNews.com – Salah satu keunggulan pendidikan adalah proses belajar-mengajarnya yang mengedepankan penelitian berbasis produk atau project. Proses yang sejalan dengan semangat “Merdeka Belajar” ini mengarahkan peserta didik untuk tak hanya memahami mata pelajaran secara teori, tetapi untuk lebih terjun dalam praktik dan mencari solusi untuk persoalan kehidupan.

Salah satu siswa yang merasakan proses pendidikan semacam ini adalah Lukas Djapri (16), siswa kelas 10 SMA Tarakanita Citra Raya di Tangerang. Berkat ketertarikan dan ketekunannya dalam mempelajari mata pelajaran fisika, ia menggondol sejumlah prestasi di dalam dan luar negeri.

BACA JUGA:

Prestasinya tersebut diantaranya Juara 2 LPB Banten 2020 tingkat provinsi bidang Fisika dengan judul rancangan penelitian “Rangkaian Superkapasitor Sederhana Sebagai Alat Pengisi Daya Ponsel”, Juara 2 LPB Banten 2021 bidang Fisika dengan judul penelitian “Studi Perbandingan Karakteristik Struktur Nano pada Bentonit dari Pasir Kucing dengan Zeolite Tipe 13X” hingga peraih silver medal I-FEST 2021 Tunisia dengan penelitian kategori Physics and Engineering dengan judul penelitian “Simple Supercapacitor Bank For Mobile Phone Chargers”.

Suka Fisika Sejak SD

Anak semata wayang pasangan Djukarna dan Agnes Joice Rawung ini mengakui ketertarikannya pada mata pelajaran fisika dari sejak masih duduk di bangku SD (Sekolah Dasar).

“Dulu waktu kelas 4 SD sering diajak sama papa ke laboratorium di Universitas STIE Surya. Sejak itu saya mulai belajar membuat rangkaian dan semua hal yang berhubungan dengan fisika,” akunya merujuk pada ayahnya yang berprofesi sebagai dosen prodi pendidikan fisika.

Ketertarikannya dalam fisika ini lantas makin terasah saat ia menjalani pendidikan di sekolah Tarakanita. Selain karena lingkungan yang nyaman untuk belajar, ia mengaku guru-gurunya profesional dalam mendidik.

“Mereka memberikan support pada peserta didik, semisal saat saya kurang tahu tentang suatu hal, pasti akan diajari pelan-pelan sampai mengerti,” akunya.

Ia pun makin intensif dengan penelitian terkait fisika sejak naik ke kelas 8 (SMP). Waktu itu ia sangat tergelitik melihat papanya yang sedang ngembangin sebuah penelitian tentang superkapasitor.

Peserta didik di SMA Tarakanita Citra Raya Tangerang
Peserta didik di SMA Tarakanita Citra Raya Tangerang (KalderaNews/Dok. Tarakanita)

“Saya tertarik dengan itu dan memunculkan ide baru: bisa tidak sih superkapasitor itu menggantikan peran baterai dalam menyimpan energi listrik.”

Ketertarikannya dengan penelitian ini makin tertantang setelah wali kelasnya mendorongnya untuk ikut perlombaan. Ia mulai ikut lomba dan kompetisi di masa pandemi Covid-19, tepatnya saat duduk di bangku SMP.

Namun ia mengakui kalau lomba menjawab soal itu baginya kurang menarik. Ia lebih tertarik ikut lomba yang berbasis penelitian karena menghasilkan produk. Ia beralasan kalau jawab soal itu pusing karena rumus semua.

“Sepanjang lomba berbasis penelitian ilmiah ini biasanya deg-degan, karena bahasa Inggris saya nggak terlalu fasih atau jago. Deg-degan, grogi dan campur aduk,” akunya saat berbagi pengalaman mengikuti kompetisi tingkat internasional I-FEST 2021 Tunisia.

Selanjutnya saat diumumkan menang lomba, ia benar-benar sangat kaget, karena pada awalnya sudah mengganggap nggak bakal lolos. Ia melihat lawan-lawannya mempresentasikan hasil penelitian yang jauh lebih kompleks dan susah.

“Ternyata saya lolos, saya seneng. Bersyukurnya saya selalu didukung oleh Tarakanita. Tenaga pendidiknya profesional. Saat saya meminta bimbingan ke satu guru maka akan dibimbing dengan baik dan jika saya tidak tahu maka bakal dikasih tahu. Kita belajar bareng-bareng. Waktu SMP pun ikut Science Club sekolah selama 3 tahun berturut-turut.”

Meneliti Superkapasitor dan Struktur Nano

Lukas secara khusus melakukan penelitian pada superkapasitor. Kesimpulannya, superkapasitor bisa untuk menyimpan daya listrik. Daya listriknya bisa dipakai untuk mengisi daya baterai handphone makanya ini disebut superkapasitorbank. Ia tertarik melakukan penelitian ini karena sehari-hari siapa pun sudah pasti tidak bisa lepas dari yang namanya smartphone.

“Superkapasitor ini tentu beda dengan baterai. Baterai bekerja dengan prinsip kimia, dimana di dalam baterai itu ada semacam cairan asam yang menghasilkan panas, sehingga waktu pengisian baterai lebih lambat dibanding superkapasitor,” terangnya.

Sementara itu, superkapasitor sendiri bekerja dengan prinsip fisika. Dalam superkapasitor ini ada 2 lempengan konduktor yang dipisahkan dengan sebuah lapisan tipis isolator.

Selanjutnya penelitiannya terkait struktur nano dalam bentonit, diakuinya, sekadar penelitian coba-coba. Ia menjelaskan, oksigen ventilator itu menggunakan bahan dasar bentonit untuk memfilter udara. Ia pun mencoba-coba pasir kucing untuk menggantikan peran bentonit.

“Saya cek di online bentonit ini mahal sekali. Apalagi saat pandemi, harganya lebih mahal. Kalau pasir kucing itu relatif lebih murah.”

Setelah lama melakukan penelitian, ia pun menyimpulkan kalau struktur bentonit dan pasair kucing itu beda. Hasilnya, pasir kucing tidak bisa menggantikan peran bentonit.

“Pasir kucing strukturnya besar atau istilahnya belum dapat menyaring oksigen. Bentonit lebih rapat. Celahnya terlalu lebar sehingga kebanyakan lolos.”

Saat ditanya harapannya ke depan, ia mengaku ingin fokus melakukan penelitian lagi supaya bisa diupload di jurnal internasional. Kalau sudah banyak paper yang terupload di jurnal internasional maka untuk mencari universitas dan beasiswanya jadi mudah.

Pendidikan untuk Semua Anak

Terkait dengan sederet prestasi yang diraih Lukas dalam penelitian mata pelajaran fisika, Koordinator Pengembangan Riset Tarakanita Wilayah Tangerang, Esli Yunita Sari, S.Si, menegaskan bahwa prinsip itu semua anak berhak untuk penelitian dan mengembangkan diri.

“Tidak hanya anak-anak yang secara akademik nilainya bagus atau pemenang KSN atau OSN, kita menghargai anak-anak sampai ke titik mereka ingin ekspresi. Kita tidak mau membatasi,” tegasnya.

Ia menambahkan, begitu Tarakanita ada program, program itu dibuka untuk semua siswa. Mau yang jago IPA, Matematika atau yang peringkatnya belum memuaskan, semua berhak ikut program.

Koordinator Pengembangan Riset Tarakanita Wilayah Tangerang, Esli Yunita Sari, S.Si
Koordinator Pengembangan Riset Tarakanita Wilayah Tangerang, Esli Yunita Sari, S.Si (KalderaNews/Dok. Pribadi)

Selanjutnya peran guru adalah memberikan support atau semangat. Setelah suatu program diumumkan , guru memberikan semangat pada anak-anak. Jika ada anak yang offering (menawarkan diri) maka guru-guru dirangkul dan didorong untuk membimbing.

Namun demikian, akunya, ada juga unit yang peserta didiknya masih perlu dimotivasi karena tidak ada yang mengajukan diri. Dalam hal ini guru memiliki tugas menjadi “kompor” untuk anak-anak agar ikut dan belajar lebih daripada yang diberikan di kelas.

Science Club Berbasis Projek

Untuk menggembleng anak-anak agar makin memahami mata pelajaran tertentu, Tarakanita juga memiliki Science Club. Science Club ini macem-macem. Kalau zamannya Lukas Djapri, peserta didik yang ikut diajari membuat project yang harus dikerjakan dan didiskusikan bareng-bareng dengan pembimbing.

Science Club yang berbasis project ini beda dengan Science Club untuk mereka yang ikut kompetisi KSN, OSN atau Olimpiade yang berbasis menjawab soal. Science Club Tarakanita ini berbasis penelitian dan project.

“Mayoritas anak membuat produk atau sesuatu yang terlihat, kemudian dipresentasikan. Kalau hanya jawab soal itu berpikir ilmiahnya belum masuk. Beda halnya jika berbasis project ini maka ada runtutan pekerjaan ilmiah, mulai dari nemu masalah, membuat hipotesis,  cari data, olah data dan produk prototype, langkah pengerjaannya hingga pembuktiannya.”

Selanjutnya, kalau sudah persiapan untuk lomba maka peserta didik benar-benar dilatih untuk presentasi di depan para scientist. Ada persiapan khusus untuk anak-anak yang akan maju kompetisi.

Peserta didik di SMA Tarakanita Citra Raya Tangerang
Peserta didik di SMA Tarakanita Citra Raya Tangerang (KalderaNews/Dok. Tarakanita)

Kendati demikian, proses pendidikan di Tarakanita yang demikian ini tolok ukurannya tentu saja bukan pada hasil akhir untuk memenangkan perlombaan atau  kompetisi.

“Anak-anak sudah memenangkan proses itu lah yang terpenting. Anak-anak belajar berproses, runtut, sistematis, berpikir ilmiah, sehingga hasil yang diperoleh ini bisa menjadi berkat dan ke depan bisa menemukan solusi-solusi yang baik untuk masyarakat dan negara.

Tidak hanya di Science Club seperti yang telah diikuti Lukas Djapri, pendampingan pada semua anak pada dasarnya dibarengi dengan pengorbanan dalam pendampingan oleh para guru di luar jam kerja. Cinta kasih guru itu diwujudkan unlimited.

“Kita tidak menawari pada yang super-super saja, tetapi kalau ada yang berminat itu spesial. Contohnya Lukas Djapri yang bersemangat ini. Lukas memang sudah terdeteksi ada minat dengan penelitian terkait fisika sejak di Science Club sebagaimana disampaikan para guru pendamping. Lukas memiliki semangat, potensi dan dukungan orangtua,” tandasnya.

Tertarik bergabung di Sekolah Tarakanita yang tersebar di 7 wilayah di Indonesia: Bengkulu, Lahat, Tangerang, Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Surabaya? Kunjungi tautan resmi .

BIODATA LUKAS DJAPRI

Lukas Djapri (16), siswa kelas 10 SMA Tarakanita Citra Raya di Tangerang
Lukas Djapri (16), siswa kelas 10 SMA Tarakanita Citra Raya di Tangerang (KalderaNews/Dok. Pribadi)

Nama Lengkap : Lukas Djapri (16)

Panggilan: Lukas

Tempat/Tgl lahir : Jakarta, 20 Januari 2006

Sekolah:

  • SD Tarakanita Citra Raya Tangerang
  • SMP Tarakanita Citra Raya Tangerang
  • SMA Tarakanita Citra Raya Tangerang

Hobi: Membuat konten digital dan main games

Prestasi:

1. Juara 2 LPB Banten 2020 tingkat provinsi bidang Fisika dengan judul rancangan penelitian “Rangkaian Superkapasitor Sederhana Sebagai Alat Pengisi Daya Ponsel”

2. Juara 2 LPB Banten 2021 bidang Fisika dengan judul penelitian “Studi Perbandingan Karakteristik Struktur Nano pada Bentonit dari Pasir Kucing dengan Zeolite Tipe 13X”

3. Lolos sebagai peserta LPB Nasional 2021 dengan judul penelitian “Studi Perbandingan Karakteristik Struktur Nano pada Bentonit dari Pasir Kucing dengan Zeolite Tipe 13X”

4. Meraih silver medal I-FEST 2021 Tunisia dengan penelitian kategori Physics and Engineering dengan judul penelitian “Simple Supercapacitor Bank For Mobile Phone Chargers”

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*