“Kalau ada koleksi masuk, apa yang harus dilakukan. Misalnya artefak, harus ada digital 3D, termasuk mengetahui usia artefaknya dengan carbon dating, sehingga semua datanya komplit. Kalau orang mau melakukan riset terkait, tinggal mengambil data yang ada, tanpa harus memegang artefak tesebut yang bisa berpotensi merusak,” kata Handoko.
Handoko juga mendorong para periset untuk segera mengambil jenjang S3 untuk memperkuat kapasitas SDM. Menurutnya, riset arkeologi dan bahasa menjadi kunci dalam mengatasi masalah di masa mendatang.
“Riset arkeologi dan bahasa sangat penting dalam mengungkap kearifan lokal, mengubah sejarah, bahkan sebagai bahan untuk memperkuat diplomasi,” pungkasnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply