Universitas Islam Indonesia Gelar Webinar Terkait Dampak Perang Rusia-Ukraina Terhadap Negara Muslim

Ilustrasi: Kampus Universitas Islam Indonesia. (Dok. UII)
Kampus Universitas Islam Indonesia. (KalderaNews/Dok. UII)
Sharing for Empowerment

YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar webinar terkait perang Rusia-Ukraina dan dampaknya terhadap negara Islam. Webinar yang diadakan oleh prodi Hubungan Internasional UII ini menghadirkan narasumber dari Duta Besar Indonesia untuk Rusia merangkap Belarus tahun 2016-2020, M. Wahid Supriyadi.

Menurut Wahid Supriyadi bahwa invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina dinilai tidak akan memiliki dampak secara langsung kepada negara-negara Islam.

BACA JUGA:

Dalam penjelasan, Wahid Supriyadi mengatakan, memang terdapat beberapa hal yang saat ini dinarasikan menarik umat Islam ke dalam pusaran konflik. Seperti contohnya Muslim dari Suriah yang bisa memanfaatkan momentum ini untuk menyerang Rusia yang meluluhlantakkan negeri mereka. Namun, menurutnya hal ini tidak akan mengarah ke sana.

“Maka, kita harus hati-hati dengan berita. Karena masing-masing akan mencari berita untuk justifikasi tindakannya dan data-data yang akan membenarkan,” ujar Wahid.

Lebih lanjut, Dubes Indonesia untuk Rusia itu menambahkan bahwa dunia Islam memang tidak akan merasakan dampak keamanan dari konflik kedua negara ini, namun sektor ekonomi akan memberikan dampak yang lebih besar. Hal ini tidak terlepas dari kenaikan harga minyak dan gas yang mulai dirasakan setelah sanksi ekonomi melanda Rusia.

“Jangan menarik pertikaian kedua negara ini ke isu agama, dua-duanya baik,” ujarnya.

Rusia merupakan negara kaya yang memiliki ketahanan ekonomi yang kuat, persenjataan canggih, dan memiliki anggaran militer yang jauh lebih tinggi dari Amerika Serikat. Faktor-faktor itulah itu yang membuat invasi Rusia bisa berjalan dengan lancar dan Amerika Serikat mulai berpikir ulang untuk melindungi Ukraina.

“Zelensky, Presiden Ukraina juga salah perhitungan jika menganggap NATO akan membantu mereka karena dia bukan menjadi bagian dari NATO sehingga tidak ada kewajiban itu,” paparnya.

Terkait isu pemberian kewarganegaraan bagi pengungsi Ukraina oleh pemerintah Israel, juga disebutnya cukup riskan mengingat Rusia menjadi negara terbesar keempat dengan penduduk Yahudi di dunia. Ia berpendapat tindakan itu justru membahayakan bagi eksistensi orang-orang Yahudi di negara tersebut.

Dalam webinar tersebut, turut dihadiri Radityo Dharmaputra, Dosen Departemen Hubungan Internasional Universitas Airlangga sekaligus Junior Research Fellow in Political Science di University of Tartu.

Radityo mengemukakan bahwa saat ini Rusia tengah menghadapi boikot ekonomi yang menyasar masyarakat biasa. Rusia mulai kesulitan untuk mengambil uang tunai di bank, dinaikkannya suku bunga serta ditutupnya pasar saham yang membuat aktivitas jual beli saham tidak bisa dilakukan.

Selain itu, masyarakat Rusia juga mulai mengalami sanksi sosial dengan penolakan terhadap mahasiswa baru di berbagai negara di Eropa dan pembatalan beasiswa bagi mahasiswa Rusia. Para generasi muda yang anti Putin yang awalnya ingin belajar di luar negeri dan menghindari Putin, malah harus membatalkan keinginan mereka karena sanksi tersebut.

Radityo menambahkan lagi, bahwa dampak sosial juga lumayan dirasakan oleh diaspora Rusia di luar negeri yang mulai kesulitan untuk menghubungi keluarga di Rusia. Boikot juga merambah ke ranah olahraga dan hiburan seperti dikeluarkannya tim sepak bola Rusia dari kualifikasi Piala Dunia 2022.

Rusia juga batal menjadi tuan rumah Eurovision dan didiskualifikasi dari ajang tersebut hingga pembalap F1 Rusia yang tidak bisa mengikuti ajang tersebut musim ini.

Ia menjelaskan bahwa boikot tersebut tidak akan memberikan pengaruh terhadap invasi Rusia mengingat Putin merupakan pribadi yang cukup acuh dari hal-hal tersebut.

Ia juga menyebutkan bagaimana 68% warga Rusia setuju atas aksi penyerangan terhadap Ukraina dan 32% lainnya memilih abstain, yang membuat Putin memiliki legitimasi lebih untuk melanjutkan invasinya.

Di akhir webinar, narasumber dari pihak kamus swasta yang berada di Yogyakarta ini menyatakan bahwa konflik Rusia-Ukraina tidak berkaitan antara agama dengan bantuan terhadap pengungsi Ukraina. Bantuan terhadap pengungsi Ukraina lebih banyak berlandaskan pada asas kemanusiaan yang ditunjukkan oleh negara-negara di Eropa Timur seperti Polandia, Lithuania, Latvia dan lain-lain.

*Jika artikel ini bermanfaat, silakan dishare kepada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*