Festival Titik Kulminasi, Inilah Fenomena Matahari yang Terjadi Dua Kali Setahun

Hari Tanpa Bayangan
Ilustrasi: Hari Tanpa Bayangan (KalderaNews.com/Ist.)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Istilah titik kulminasi telah biasa kita dengar terkait dengan fenomena matahari yang terjadi di negara tropis seperti di Indonesia. Sementara itu, Festival Titik Kulminasi yang tahun ini baru digelar di dekat tugu Khatulistiwa di Pantai Muaro Sasak, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.

Aktivitas yang digelar dalam Festival Titik Kulminasi ini beragam, seperti penanaman pohon buah-buahan dan pohon pelindung sebanyak 2.200 batang di sepanjang tepi pantai Muaro Sasak. Selain itu terdapat juga gondang tasa atau festival layang-layang, lomba silat gelombang, dan turnamen bola voli pantai Bupati Cup se-Sumbar.

BACA JUGA:

Festival Titik Kulminasi ini sendiri diadakan saat matahari berada tepat di atas kepala. Peristiw aini terjadi dua kali dalam satu tahun. Saat fenomena ini terjadi, bayangan tugu akan akan menghilang beberapa detik saat diterpa sinar matahari. Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain di sekitar tugu.

Peristiwa unik ini hanya terjadi dua kali dalam satu tahun yakni antara tanggal 21-23 Marte dan 21-23 September. Peristiwa ini juga biasa disebut sebagai fenomena hari tanpa bayangan. Hari tanpa bayangan ini disebabkan ketika matahari tepat berada di titik kulminasi atau posisi paling tinggi di langit.

Hari tanpa bayangan terjadi saat matahari tepat berada di atas kepala pengamat atau berada pada titik zenit atau kulminasi. Sayangnya, fenomena ini hanya dapat diamati bila cuaca cerah. Hari tanpa bayangan ini tidak akan berlaku bila tutupan awan cukup besar ang menyebabkan suhu permukaan bumi cenderung menurun, meskipun hawa gerah tetap dapat dirasakan akibat berkurangnya kelembapan.

Dampak lain yang terjadi akibat titik kulminasi ini antara lain: suhu udara makin panas dan mencapai hingga 35 derajat Celcius pada siang hari, cuaca panas ini masih terasa hingga beberapa hari setelah puncak kulminasi matahari, kelembapan udara menurun dan kurang dari 40%.

Meskipun sebagai masyarakat Indonesia kita terbiasa dengan suhu tropis, peristiwa titik kulminasi ini dapat menyebabkan kita mengalami dehidrasi, iritasi kulit, dan sistem imun menurun. Agar tidak terjadi gangguan kesehatan yang serius saat fenomena ini terjadi, maka beberapa alternatif yang dapat dilakukan adalah memakai tabir surya dengan kandungan SPF minimal 30.

Selain itu kita juga harus mengoleskannya secara berkala, makan makanan yang mengandung air dan minum air putih minimal delapan gelas per hari, usahakan tidak keluar rumah  atau bila harus keluar rumah, baiknya menggunakan kacamata hitam dan topi atau paying, serta seyogianya terus memantau informasi yang disajikan oleh BMKG.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*