JAKARTA, KalderaNews.com – Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah, Kemenag, Muhammad Zain meminta agar guru madrasah mempersiapkan diri untuk menerapkan Kurikulum Prototipe.
Maka, guru madrasah perlu mengubah mindset dalam pembelajaran di masa pandemi Covid-19.
Kata Muhammad Zain, kebijakan Kemendikbudristek yang sedang menggagas kurikulum prototipe harus dapat direspon dengan baik oleh madrasah. Lantaran, kurikulum ini lebih fleksibel dan meneguhkan peran utama guru sebagai pendidik profesional.
BACA JUGA:
- Jawa Timur Juara Umum Kompetisi Sains Madrasah (KSM) 2021, Berikut Daftar Para Pemenangnya
- Seleksi Nasional Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Dibuka 10 Januari 2022, Ada Beasiswanya Lho
- Kemenag Kukuhkan 50 Duta Harmoni Madrasah, Jadi Penggerak dan Penyebarluas Kultur Keberagamaan Indonesia
“Guru harus mempersiapkan diri dalam mendesain pembelajaran yang membebaskan dan sesuai minat siswa. Guru juga harus hadir sebagai sahabat siswa,” kata Muhammad Zain.
Muhammad Zain menekankan pentingnya peran guru dalam membentuk karakter baik para siswa di tengah membanjirnya berita dan informasi di media sosial. Dia melihat anak-anak saat ini banyak mengalami adiksi dan kecanduan gadget,
“Peran orang tua dalam mengontrol anaknya juga sangat vital terkait pembentukan akhlakul karimah anak,” tutur Muhammad Zain.
Kurikulum Prototipe merupakan kurikulum yang disederhanakan sebagai opsi tambahan untuk diterapkan oleh satuan pendidikan pada tahun ajaran 2022/2023. Setiap lembaga pendidikan dihadapkan pada pilihan penggunaan Kurikulum 2013 atau Kurikulum Prototipe dengan harapan dapat mendorong pembelajaran sesuai kemampuan siswa dan memberi ruang yang lebih luas pada perkembangan karakter serta kompetensi dasar.
Pemberlakuan Kurikulum Prototipe dapat mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa. Kurikulum ini juga diharapkan mampu memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi.
Muhammad Zain menjelaskan, ada tiga karakter utama Kurikulum Prototipe. Pertama, pembelajaran berbasis proyek untuk pengembangan soft skill dan karakter (iman, takwa, akhlak mulia, gotong royong, kebinekaan global, kemandirian, nalar kritis, dan kreativitas).
Kedua, fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
Ketiga, fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level) dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Terkait langkah-langkah implementasi Kurikulum Prototipe pada madrasah, Muhammad Zain menjelaskan enam tahapan berikut:
- Sesuai konteks dan karakteristik madrasah.
- Penerapan secara terbatas pada setiap tingkat RA, MI, MTs, dan MA di setiap provinsi.
- Disiapkan regulasi yang longgar sebagai penguatan KMA 184 Tahun 2019.
- Pemberdayaan Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran (PTP) dan Pengawas untuk mengawal penjaminan mutu implementasi kurikulum Prototipe di madrasah.
- Perlu penyesuaian kebijakan Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) secara terbatas pada pelaksana Kurikulum Prototipe terkait implementasi Simpatika dan perangkat administrasi lainnya.
- Penguatan pelaksanaan supervisi pembelajaran sesuai KMA 634 Tahun 2021.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply