Keluarga Itu Tempat Menyemai Budaya Gemar Membaca

Kemeriahan Perayaan Hari Buku Sedunia di Rumah Baca Komunitas Merapi (RBKM) di Lereng Gunung Merapi secara offline sebelum masa-masa pandemi Covid-19
Kemeriahan Perayaan Hari Buku Sedunia di Rumah Baca Komunitas Merapi (RBKM) di Lereng Gunung Merapi secara offline sebelum masa-masa pandemi Covid-19 (KalderaNews/JS de Britto)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Adin Bondar menegaskan mewujudkan masyarakat cerdas dan literat merupakan kerja bersama. Untuk menjadikan gemar membaca sebagai budaya harus berawal dari diri sendiri dan keluarga agar kelak mampu menjadi contoh bagi masyarakat sekitar.

Dalam sejarah gerakan membaca dan perliterasian Indonesia, terangnya, sudah banyak program dan pencanangan yang dilakukan pemerintah dari masa ke masa sampai saat ini.

“Dari semua itu kita mengetahui bahwa setiap pemimpin negeri ini memiliki kepedulian dan perhatian besar terhadap kondisi membaca. Mereka ingin masyarakatnya cerdas dan literat,” tegasnya dalam sambutan webinar peringatan Hari Gerakan Nasional Membaca dengan tema ‘Keluarga Gemar Membaca untuk Indonesia Tumbuh, Unggul, dan Maju’ pada Jumat, 12 November 2021.

BACA JUGA:

Membaca memiliki posisi serta peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan, terlebih di era informasi dan komunikasi saat ini. Membaca merupakan jembatan bagi mereka yang ingin meraih kemajuan dan kesuksesan. Oleh karena itu, para pakar bersepakat bahawa kemahiran membaca (reading literacy) merupakan prasyarat mutlak (conditio sine quanon) bagi siapapun yang ingin memperoleh kemajuan.

“Keluarga, sebagai satuan terkecil dalam ekosistem masyarakat berkewajiban menegakkan disiplin dan semangat membaca anak sejak dini,” pesannya.

Adin menambahkan tumbuh kembang kegemaran membaca bisa dikatakan sebagai gambaran awal seberapa tinggi literasi masyarakat di sebuah negara. Keduanya adalah mata rantai yang saling mengait. Akan tetapi, kegemaran membaca seseorang tentu membutuhkan proses panjang dan sarana yang kondusif.

“Proses ini dimulai dari kecil dan dari lingkungan keluarga, lalu dikembangkan di sekolah, dan lingkungan masyarakat,” ungkap Adin.

Hal senanda ditegaskan Ketua Umum Gerakan Pemasyarakatan Membaca (GPMB), Tjahjo Suprajogo. Ia mengatakan bahwa minat baca memang sudah seharusnya ditumbuhkan dari satuan terkecil dalam ekosistem masyarakat yakni keluarga. Kemudian dari keluarga selanjutnya dapat disinergikan dengan banyak pihak.

“Mulai dari keluarga nanti bisa bersinergi dengan banyak pihak, seperti kementerian/lembaga, institusi pendidikan, pemerintahan daerah. Dibutuhkan sinergitas dari banyak pihak dalam mewujudkan gerakan nasional membaca,” jelas Tjahjo.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*