YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Andini Mandala Putri dari Program Studi (Prodi) Sastra Inggris angkatan 2018 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengatakan bahwa kemenangan dalam sebuah perlombaan itu bonus karena tidak setiap usaha berbuah kemenangan.
Hal ini ditegaskannya usai timnya yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) berhasil lolos dalam Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas) Ke-34 dari total 4.000-an proposal yang dilaksanakan secara dalam jaringan (daring) melalui aplikasi Zoom Meeting pada 26–30 Oktober 2021 oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
BACA JUGA:
- 8 Persiapan Jitu Ini Harus Dilakukan Sebelum Berangkat KKN, Simak Yuk
- Ternyata Ini Daftar Pekerjaan Untuk Fresh Graduate Semua Jurusan
- Ini Perbedaan Paper dan Jurnal, Mahasiswa Wajib Tahu
Perempuan asal Pangkalpinang, Bangka Belitung, itu menyampaikan, “Tidak apa-apa coba saja dahulu, kalimat itu selalu saya ucapkan pada diri sendiri dan teman-teman. Saat mengikuti sebuah perlombaan atau kegiatan yang menyenangkan adalah cerita pengalaman dan pelajaran yang bisa didapatkan. Menang itu sebuah bonus.
“Saya belajar dari kegagalan-kegagalan dahulu bahwa tidak setiap usaha berbuah kemenangan, tapi juga bisa berbentuk pengalaman. Cobalah untuk ikhlas dengan sesuatu yang diterima. Jangan takut terhadap kegagalan ketika sudah mencoba. Takutlah ketika gagal karena tidak pernah mencoba. Rezeki sudah diatur oleh Allah Swt. Jadi coba saja dahulu.”
Diketahui, Tim PKM-RSH Universitas Ahmad Dahlan terdiri atas Andini Mandala Putri dari Program Studi (Prodi) Sastra Inggris angkatan 2018 yang berperan sebagai ketua tim, sementara anggotanya terdiri atas Arizka Ummanira dari Prodi Sastra Inggris angkatan 2018 dan Bagas Al Fajri dari Prodi Sastra Inggris angkatan 2019.
Mereka menyodorkan proposal dengan judul “Kisah Mahasiswa dan Dosen tentang Depresi, Kecemasan, dan Stres Akibat Pandemi Covid-19: Skala DASS dan Teori Appraisal”.
Isinya proposal mereka membahas mahasiswa yang mengalami emotionally unstable dengan pemicu yang beragam pada masa muda, berbeda dengan para dosen yang cenderung lebih bisa mengontrol emosi mereka.
Oleh karena itu, dalam lingkup pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan (daring), diharapkan kedua pihak tersebut untuk lebih saling memahami. Jangan saling membebani, tetapi bahu-membahu memperbaiki sesuatu yang sudah terjadi. Insyaallah ketika pandemi berakhir, kembali reuni dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply