Seni Kuliah di Amerika dari Alumni dan Penerima Beragam Beasiswa, Simak Yuk!

Prof. Muhammad Ali Pate dan Nadhira Nuraini Afifa (kanan). Keduanya terpilih untuk menyampaikan pidato pada upacara wisuda Harvard Chan School. Nadhira berasal dari Indonesia (hsph. harvard.edu).
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Mendapatkan kesempatan untuk menempuh pendidikan di luar negeri memang tidak menghampiri semua orang. Kuliah di luar negeri adalah impian para mahasiswa. Kesempatan untuk kuliah di negeri orang ini harus dimanfaatkan dan dipersiapkan dengan baik.

TranforMe, sebuah perusahaan teknologi atau start up yang bergerak di bidang edukasi dalam membantu generasi muda Indonesia untuk go global, mengadakan webinar tentang Study Abroad & Scholarship dengan tajuk TransforTalks: Smart & Succesful Strategies to Study Abroad selama dua hari terturut-turut pada Sabtu dan Minggu, 16-17 Oktober 2021.

BACA JUGA:

Acara ini dihelat untuk memberikan inspirasi dan mengiapkan generasi Indonesia untuk go global. Narasumber yang dihadirkan telah berpengalaman mendapatkan beasiswa Chevening, Fullbright, dan LPDP dari perguruan tinggi terkemuka di dunia.

Dalam acara yang berlangsung dua hari dengan peserta lebih dari 400 orang tersebut para narasumber tidak hanya membagikan pengalaman mendapatkan beasiswa, melainkan juga berbagi pengalaman tentang kehidupan di luar negeri, terutama Amerika, beserta manajemen keuangan sebagai mahasiswa internasional.

Pada sesi hari kedua, Minggu, 17 Oktober 2021, narasumber yang dihadirkan tidak kalah seru dengan hari pertama, yakni Nadhira Afifa (Alumni Harvard, penerima beasiswa LPDP), Ratnasari Dewi (Alumi Clinton School of Public Service, penerima beasiswa Fullbright), Miftahul Mardiyah (Associate Communication Officer, AMINEF – Fullbright), dan Tri Susilo (Senior Executive Secretary LPDP Kemenkeu RI).

Ratnasari Dewi dalam paparannya menyampaikan bahwa kuliah di luar negeri tidak sekadar belajara atau mengejar sisi akademik. “Kuliah di luar negeri tidak hanya tentang akademik. Kuliah di luar negeri dengan beasiswa berarti kamu juga merepresentasikan negaramu. Selama di luar negeri, jadilah bagian dari komunitas kampus,” pesannya.

Dewi, panggilan akrab Ratnasari Dewi, membagikan pengalamannya sebelum mendaftar beasiswa dengan pertanyaan-pertanyaan bagi dirinya sendiri yakni: mengapa harus mengambil jurusan master, mengapa Amerika menjadi pilihan, mengapa harus melamar di Fullbright, apa goal yang harus dikejar, apa yang harus dilakukan untuk mengejar goal-goal itu, lakukan SWOT analysis, strategi yang tepat untuk itu semua.

Menurut Dewi, Fulbright dapat menjadi pilihan untuk melamar beasiswa ke Amerika. Hal ini seperti yang disampaikan Miftahul Mardiyah, Associate Communication Officer AMINEF, bahwa Fullbright memberikan banyak keuntungan yakni global network, bantuan proses pendaftaran ke universitas, bantuan akademik dan non-akademis selama studi di AS, dan pre-academic training sebelum program.

Beasiswa Fullbright master degree menawarkan dua tahun masa pembiayaan. Untuk periode tahun depan, tenggat waktu yang diberikan untuk memberikan pendaftaran beasiswa pada 15 Februari. Kemudian proses pengumun seleksi dan interview akan dilakukan pada bulan April –Mei. Dilanjutkan dengan tes TOEFL/IBT/GRE/GMAT pada bulan Juni hingga November. Pengumuman penerimaan dari universitas pada Januari hingga Juni tahun berikutnya. Persiapan keberangkatan ke negara tujuan pada Juni dan Juli dan keberangkatan ke Amerika pada periode Juni hingga September.

Nadhira Afifa, alumni Fakultas Kedokteran UI yang juga mendapatkan beasiswa LPDP ke Harvard bahkan berkesempatan menyampaikan student speaker saat acara wisuda Master of Public Health, Harvard T.H. Chan School of Public Health, membagikan pengalamannya saat akan mendaftar beasiswa LPDP. Menurut Nadhira, langkah yang ditempuhnya adalah mencari jurusan yang sesuai, mengecek silabus pembelajaran, baru kemudian mencari perguruan tingginya. Yang tidak kalah penting saat mendaftar adalah kalimat pertama dalam personal statement.

“Kalimat pertama dalam personal statement itu harus seperti hook. Yang mengait perhatian agar juri mau membaca hingga selesai. Hook ini dapat berupa anekdot, quotes atau controversial statement. Tetapi bila memilih controversial statement kita harus sangat berhati-hati agar jangan sampai malah merugikan kita,” paparnya mengenai personal statement yang cukup penting itu.

Nadhira juga menyampaikan, saat menulis CV atau resume,  dapat mengikuti format atau contoh yang telah disediakan oleh pihak universitas. Sebagai penutup dalam paparannya, Nadhira menyampaikan tip jitu untuk mengatur keuangan bagi mahasiswa Indonesia di luar negeri antara lain: sebaiknya memasak makanan sendiri atau menghadiri public events agar dapat makan gratis, menyisihkan setidaknya 20% pendapatan untuk kebutuhan darurat, mencatat pemasukan dan pengeluaran yang kini telah dipermudah dengan beragam aplikasi di android, serta untuk memilih transfer uang dari dan ke Indonesia, Nadhira memilih Wise yang menurutnya murah biaya kirim dan prosesnya cepat sekali. Wise ini, menurutnya, banyak membantu saat harus mengirimkan uang ke Indonesia atau sebaliknya, menerima transferan dari kampung halaman.  

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*