BERLIN, KalderaNews.com – Andreas Tedjojuwono, mahasiswa asal Indonesia yang sedang kuliah di Universitas Teknik München (Technische Universität München/TUM) menang dalam Not-a-Boring-Competition edisi pertama yang diadakan di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin, Ardi Marwan mengungkapkan rasa bangga atas prestasi yang diraih Andreas, yang berasal dari Surabaya. Menurutnya, Andreas bisa menjadi aset untuk masa depan transportasi di Indonesia.
BACA JUGA:
- Gara-Gara Pelajaran Biologi, Alumnus PENABUR Ini Menjadi Salah Satu Pemegang Hak Paten Vaksin AstraZeneca
- Kisah di Balik Keberhasilan Penemu Vaksin AstraZeneca, Saat SMA Pernah Marah Karena Ulangan Matematika
- Segudang Prestasi Mengantar Refa Jadi Mahasiswa Berprestasi 2021, Ukir Sejarah bagi Unand
“Kalau bisa mengaplikasikan teknologi ini di Tanah Air, ini akan menjadi sebuah inovasi yang luar biasa. Misalnya, pembuatan proyek seperti MRT (Moda Raya Transportasi) akan menjadi lebih cepat dan murah,” ujar Atdikbud Ardi Marwan.
Not-a-Boring-Competition adalah kompetisi membuat terowongan untuk transportasi paling cepat, inovatif, aman, dan mampu memangkas biaya pembangunan. Kompetisi ini diinisiasi The Boring Company, salah satu perusahaan milik Elon Musk, yang dikenal luas sebagai pemilik perusahaan mobil listrik Tesla.
Pada kompetisi ini, Andreas yang bergabung dalam tim yang diberi nama TUM Boring-Innovation in Tunneling berhasil meraih kemenangan pada kategori Best Guidance System dan Overall Winner. Sementara pada kategori Team Safety diraih oleh tim dari University of Maryland, kategori Fastest Launch Design diraih oleh Virginia Tech, dan kategori Innovation and Design diraih oleh ETH Zurich.
Andreas bercerita bahwa timnya telah menempuh perjalanan panjang serta perjuangan berat sebelum akhirnya meraih kemenangan. Timnya sukses terpilih menjadi 12 finalis dari 400 tim yang berasal dari seluruh dunia.
Andreas menceritakan, inovasi yang dibuat ini bermula pada Oktober 2020 saat seluruh anggota timnya berkumpul dan pada Desember 2020 mengirimkan blue print dan buku konsep kepada penyelenggara.
“Isinya tentang
kalkulasi, rumus, desain, dan konsep dari mesin bor yang kami buat,” terang
Andreas.
Pada Februari 2021, baru diputuskan untuk melanjutkan proyek tersebut dalam
tahap produksi yang memakan waktu sampai empat bulan. Proses uji coba sendiri
menghabiskan waktu dua bulan.
Alat yang mengunggulkan inovasi sistem pengeboran revolver ini selesai dan
dikirim ke Amerika Serikat dengan berat total mencapai sekitar 20 ton.
“Alat kami sangat efisien dibandingkan alat bor terowongan yang ada sekarang, sehingga bisa lebih menghemat waktu dan biaya,” ucap Andreas yang mengambil peran di bagian cutterhead di timnya.
Andreas bersyukur, alat pengebor bertenaga 500 ribu Newton yang didatangkan dengan dua kontainer ini beroperasi dengan lancar ketika diperagakan selama proses penilaian berlangsung. Namun, ia mengakui, alat tersebut masih memiliki sejumlah kelemahan yang akan terus di-upgrade untuk mengikuti Not-a-Boring-Competition tahun depan.
Pemenang perlombaan ini memang hanya mendapatkan piala tanpa hadiah berupa uang tunai. “Tapi, kami para pemenang dalam kompetisi ini mendapatkan kebanggaan, perhatian dari dunia, serta kesempatan untuk bergabung di perusahaan yang dipimpin Elon Musk,” ujar Andreas.
Kini, Andreas dan beberapa anggota timnya sudah mendapatkan panggilan untuk wawancara dengan The Boring Company dan perusahaan-perusahaan teknologi papan atas lainnya. Kelanjutan proyek TUM Boring, Andreas mengatakan, mungkin untuk melanjutkan TUM Boring menjadi sebuah perusahaan atau bergabung dengan The Boring Company.
Tim TUM Boring-Innovation in Tunneling berjumlah 62 orang yang berasal dari 16 negara. Andreas satu-satunya anggota tim yang berasal dari Indonesia.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply