Ini Manfaat 6 Tahun Punya Satelit Karya Anak Bangsa Lapan-A2/Lapan-Orari

Satelit Lapan A2
Satelit Lapan A2 Orari (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – 6 tahun lalu 28 September 2015 satelit pertama yang 100% diproduksi oleh putra bangsa di Indonesia Lapan-A2/Lapan-Orari dengan misi utama menjadi satelit komunikasi dan untuk monitoring bumi diluncurkan.

Lapan-A1/Lapan-Orari ini merupakan suksesor Lapan-Tubsat yang dibuat di Jerman. Untuk satelit Lapan-A2 ini sendiri sepenuhnya dibuat di Indonesia, namun tetap menggunakan konsultan dari Jerman.

Dengan berat 74 KG, satelit Lapan A2/Lapan-Orari dilengkapi dengan Digital Space Camera, Color Video Camera, Automatic Identification System (AIS) Receiver, Voice Repeater (VR), dan Automatic Packet Reporting System (APRS).

BACA JUGA:

Teknologi Automatic Identification System (AIS) dapat melakukan identifikasi terhadap kapal yang akan melintasi wilayah jangkauan Lapan A2. Selain itu untuk misi pengamatan Bumi menggunakan kamera digital observasi bumi dengan kamera 4 band multispectral scanning. Kamera itu beresolusi 18 m dengan cakupan 120 km dan kamera resolusi 6 m dengan cakupan 12 km x 12 km.

Satelit dengan bobot 78 kilogram ini melintasi wilayah Indonesia secara diagonal sebanyak 14 kali sehari, dengan kisaran 20 menit perputarannya. Pada orbitnya sensor AIS (Automatic Identification System), Lapan A2 memiliki radius deteksi lebih dari 100 km dan mempunyai kemampuan untuk menerima sinyal dari maksimum 2000 kapal dalam satu daerah cakupan.

Satelit ini juga dilengkapi dengan Automatic Packet Reporting System (APRS) yang mendukung komunikasi untuk penanganan bencana. Lapan bekerjasama dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari). Hal memungkinkan Lapan-A2 sebagai penghubung sekitar 700 ribu pengguna radio amatir atau orari.

Melalui Satelit Lapan A2, anggota Orari dapat berkoordinasi dengan tim SAR untuk mencari jalur evakuasi alternatif atau pengiriman bantuan. Automatic Packet Reporting System (APRS) juga mendukung pengiriman pesan singkat melalui gelombang radio yang dapat dilakukan menggunakan perangkat-perangkat penerima komunikasi radio modern.

Selama 6 tahun mengorbit, Lapan A2/Lapan-Orari telah memiliki 5522 jam operasional TT&C (Tracking, Telemetry, and Command), 354 juta Data AIS (pemantauan kapal), 1147 jam operasional VR, menghasilkan 1,5 juta KM2 citra digital, dan 2317 jam operasional APRS (komunikasi data).

Kepala BRIN, Dr. Laksana Tri Handoko menyampaikan Indonesia dengan kondisi geografisnya sebagai negara kepulauan, sangat membutuhkan teknologi satelit, apalagi untuk mengcover dari Sabang sampai Merauke.

“Keberadaan tiga satelit bangsa ini merupakan capaian yang patut diapresiasi, namun bukan berarti para periset berpangku tangan saja. Ke depan, riset dan inovasi satelit harus terus dilakukan, karena itu BRIN siap mendukung dan memfasilitasi Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa khususnya Pusat Teknologi Satelit untuk menghasilkan produk riset dan inovasi yang lebih maju dan juga untuk menumbuhkan industri keantariksaan di Indonesia,” tambah Handoko.

Plt. OR Lapan Prof. Dr. Erna Sri Adiningsih menyebut bahwa Lapan A2 telah menunjukkan kontribusi yang luar biasa di dalam membantu proses komunikasi untuk daerah-daerah yang terlanda bencana.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*