JAKARTA, KalderaNews.com – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menegaskan pengentasan buta aksara seharusnya berujung pada literasi yang mendorong individu untuk berpikir kritis.
“Bukan hafalan yang harus dituntut dari peserta didik, melainkan kemampuan memahami, dan mengolah informasi secara kritis,” ujarnya pada puncak peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) Tingkat Nasional pada Rabu, 8 September 2021.
BACA JUGA:
- Jumlah Penduduk Buta Aksara Turun 1,71 Persen Jadi 2.961.060 Orang, Yakin Karena 4 Strategi Ini?
- Buta Aksara Turun Jadi 1,78 Persen Pakai Data Lama, Daerah 3T Masih Memprihatinkan
- Literasi Itu Tak Semata Bebas Buta Aksara
Oleh karena itu, dalam upaya pengembangan literasi nasional, gerakan literasi sekolah, gerakan literasi masyarakat, dan gerakan lterasi keluarga digenjoot melalui pendidikan formal dan nonformal.
“Melalui layanan program pendidikan keaksaraan diharapkan masyarakat buta aksara dapat meningkat kualitas hidupnya sebagai awal langkah untuk jenjang berikutnya,” tegas Dirjen PAUD Dikdasmen Kemendikbudristek, Jumeri.
Konkretnya, masyarakat yang buta aksara mengikuti pendidikan keaksaraan dasar, selanjutnya keaksaraan lanjutan, dan selanjutnya ke jenjang pendidikan kesetaraan Paket A setara SD, paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA.
Ditambahkan Direktur UNESCO Jakarta, Mohamed Djelid, harkat dan martabat manusia sangat ditentukan oleh kemampuannya berliterasi.
“Perayaan HAI tahun 2021 menjadi momentum yang tepat untuk menata model pembelajaran dan literasi yang lebih baik,” ucapnya dalam sambutan yang disampaikan secara daring.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply