![Pantai Menganti di Desa Karangduwur, Kebumen Pantai Menganti di Desa Karangduwur, Kebumen](/wp-content/uploads/2017/12/7.jpg)
JAKARTA, KalderaNews.com – Peneliti Ahli Utama Bidang Teknologi Penginderaan Jauh Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rokhis Khomarudin menegaskan bahwa sejumlah wilayah yang berada di Pantai Utara Jawa (Pantura) akan tenggelam dalam 10 tahun mendatang.
Berbicara dalam webinar “Ancaman Tenggelamnya Kota Pesisir Pantai Utara Jawa” pada Kamis pekan ini, 16 September 2021, manusia juga menjadi faktor yang signifikan selain perubahan iklim dalam mempercepat penurunan permukaan tanah dalam wilayah pesisir utara Pulau Jawa.
Ia menegaskan konsumsi air tanah yang masif dan tidak terkendali menyebabkan turunnya permukaan tanah.
BACA JUGA:
- Masuki Awal Musim Hujan, Waspadai Bencana Banjir di Daerah-daerah Ini
- Rentetan Gempa Mentawai dan Zona Megathrust, Inilah Penjelasannya
- Ngeri, Pantai Pacitan Berpotensi Diterjang Tsunami Setinggi 28 Meter Hanya dalam 29 Menit
“Walaupun saat ini dampaknya belum terlalu terasa, namun risiko turunnya permukaan tanah jelas membawa kerugian besar, baik dari sisi sosial maupun ekonomi bagi negara kepulauan seperti Indonesia,” jelasnya.
Rokhis memaparkan, berdasarkan hasil pemantauan citra satelit terbukti terjadi penurunan muka tanah di DKI Jakarta antara 0,1 cm hingga 8 cm per tahun, Cirebon antara 0,3 cm hingga 4 cm per tahun, Pekalongan antara 2,1cm hingga 11 cm per tahun, Semarang antara 0,9 hingga 6 cm per tahun, dan Surabaya antara 0,3 hingga 4,3 cm per tahun.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Sains dan Teknologi Atmosfer LAPAN BRIN, Prof. Eddy Hermawan juga membenarkan kalau fenomena turunnya permukaan tanah di pesisir utara Pulau Jawa lebih mengkhawatirkan dibandingkan dengan selatan Jawa yang struktur geologinya cenderung berbukit.
Ia menuturkan Cirebon, Pekalongan, Semarang, dan Surabaya adalah kota-kota pesisir utara Jawa yang paling rawan terhadap penurunan tanah ekstrem hingga tahun 2050.
Ia berpandangan kondisi morfologi daerah pesisir yang relatif datar membuat hampir seluruh aktivitas pembangunan infrastruktur jalan dan perekonomian dipusatkan di utara Jawa. Itu membuat beban tanah karena bangunan dan penyedotan atas penggunaan air tanah menjadi lebih intensif dibandingkan dengan wilayah lain.
Dari data satelit terlihat bahwa pesisir utara Jawa, terutama Pekalongan, mengalami penurunan muka tanah yang paling tajam. Kondisi geologi daerah pesisir yang merupakan tanah lunak ditunjang dengan peningkatan pembangunan pemukiman dan penggunaan air tanah menyebabkan penurunan muka tanah semakin tinggi.
Eddy juga mengingatkan, dampak perubahan iklim tidak hanya mengancam wilayah Jakarta dan Pantura saja. Lebih dari itu, ada banyak pulau-pulau kecil di Indonesia yang juga akan terkena dampak besar. Sebanyak 115 pulau berukuran kecil dan sedang di Indonesia diperkirakan akan hilang atau tenggelam akibat naiknya muka air laut pada 2100.
“Jangan terkecoh dengan kawasan Jakarta dan Pantura saja. Apa yang akan terjadi di tahun-tahun berikutnya? 115 pulau-pulau kecil dan sedang yang sangat berpotensi juga bisa tenggelam,” tandas Eddy.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!
Leave a Reply