SEMARANG, KalderaNews.com – Dr Ferdinandus Hindiarto SPsi Msi dilantik sebagai Rektor Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata Semarang, Jawa Tengah. Ia akan menjabat sebagai rektor hingga 2025. Ferdinandus Hindiarto menggantikan Prof. Dr. F. Ridwan Sanjaya MS IEC.
Sebagai rektor, Ferdinandus Hindiarto mengusung program kerja bertajuk Inflamare Humanitatem, yang berarti terus menyalakan kemanusiaan.
BACA JUGA:
- Ikuti Kompetisi Nasional ‘The 20th ATV Competition and Conference, Unika Soegijapranata Boyong 2 Gelar
- Tingkatkan Kualitas Kampus, Unika Soegijapranata Jalin Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Filipina
- Menjelang Wisuda Unika Soegijapranata Perkenalkan Tiga Terobosan
“Kita dalam beberapa tahun terakhir telah terbantu dengan kehadiran teknologi informasi yang luar biasa, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung terus di Unika. Namun kita juga menyadari bahwa dalam proses tersebut ada ruang-ruang kosong di sana. Dan di situlah akan kita ‘hadirkan kembali’ secara lebih kuat di Unika Soegijapranata,” ucapnya.
Menurut dia, pendidikan adalah membentuk, menentukan, serta mengubah hidup manusia. Maka, teknologi informasi ditempatkan untuk melengkapi proses pendidikan itu, tetapi yang utama harus ada kehadiran dari seluruh dosen dan tenaga kependidikan dalam menggembleng dan mendidik mahasiswa.
“Mendidik atau mengajar bukan hanya cukup mentransfer ilmu pengetahuan. Sebab jika mendidik itu hanya mentransfer ilmu pengetahuan, maka saat ini sebenarnya tidak perlu lembaga pendidikan, karena para mahasiswa bisa memperoleh pengetahuan itu di dunia maya,” lanjutnya.
Untuk menjawab tantangan ini, dosen tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja , tetapi dia juga harus bisa menjadi model dan roh dalam proses pendidikan itu.
“Untuk mewujudkan itu, perlu interaksi langsung, dialog, berdiskusi, role model adalah metode yang terbaik. Lalu teknologi informasi berkolaborasi untuk melengkapi konteks yang hari ini dan masa depan,” terang Ferdinandus Hindiarto.
Mengutip pemikiran Romo Prof. Dr. Nicolaus Driyarkara SJ, Ferdinandus Hindiarto mengatakan, makna dari pendidikan yang fundamental adalah pendidikan harus mengarah pada cinta yang murni atau mengarah pada kepentingan yang dicintai, yaitu mahasiswa, dan bukan kepentingan yang mencintai.
Sehingga, kurikulum harus memotret pemikiran-pemikiran mahasiswa, bukan pemikiran dosennya. Dosen berfungsi sebagai fasilitator yang mengarahkan, menemani dan mendampingi.
Selain itu, makna pemikiran Romo Driyarkara tentang pendidikan yang fundamental adalah pada hominisasi dan humanisasi. Hominisasi adalah membuat manusia muda mengerti tentang dirinya, situasinya, kemudian bisa menentukan sikap dan perilaku.
“Sedangkan humanisasi adalah menjadi mahasiswa sebagai manusia seutuhnya, artinya menjadikan mahasiswa memiliki pribadi matang dalam keilmuan, moral dan karakter,” tegas Ferdinandus Hindiarto.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!
Leave a Reply