BANDUNG, KalderaNews.com – Kondisi pandemi Covid-19 yang melanda dunia memang membuat manusia harus membatasi aktifitas. Salah satu aktifitas yang harus dikurangi adalah berada di kerumunan atau bertemu dengan banyak orang dan menggantikannya dengan pertemuan secara daring. Kehidupan hybrid dimulai saat pandemi ini.
Banyak karyawan dan pekerja yang harus bekerja dari rumah secara daring, yang kemudian disebut sebagai hybrid working. Demikian juga pelajar dan mahasiswa. Menjalani proses pembelajaran secara daring, dan disebut hybrid learning. Perubahan cara hidup yang drastis, yang kemudian disebut dengan kehidupan hybrid, memberikan banyak dampak.
BACA JUGA:
- Kelamaan Belajar dan Kuliah Online dari Rumah, Ini Lho 3 Dampak Negatifnya yang Bikin Miris
- 5 Trik Jitu Atasi Rasa Jenuh dan Bosan Saat Belajar Daring
- Hybrid Learning untuk Anak, Ini Triknya Menghadapinya
Secara harfiah kehidupan hybrid merupakan gabungan dua cara hidup yang cukup berbeda, yakni belajara dan bekerja dengan menggunakan fasilitas teknologi seperti internet, tetapi harus tetap tinggal di dalam rumah. Padahal penggunaan internet seyogianya dapat dilakukan secara mobile.
Salah satu dampak dari kehidupan hybrid ini adalah munculnya zoom fatique. Penyebab zoom fatigue ada beragam, antara lain adalah menatap layar terlalu intens, terjebak pada konsentrasi belajar yang tinggi, melihat diri sendiri secara konsisten, kurangnya mobilitas fisik, dan lingkungan yang juga kurang kondusif.
Hal ini disampaikan oleh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Siska Wiramihardja, dr., M.Kes., Sp.GK yang mengatakan bahwa gaya hidup sehat sangat diperlukan dalam menjalani fase kehidupan hybrid. Gaya hidup sehat ini bertujuan mencegah terjadinya berbagai dampak negative seperti zoom fatigue dan obesitas. “Gaya hidup sehat di era hybrid ini telah menjadi keniscayaan,” papar Siska, Kamis 26 Agustus 2021.
Siska menyampaikan bahwa dalam menjalani kehidupan hybrid, seseorang biasanya kurang beraktifitas fisik sehingga dapat meningkatkan berat badan. Banyak orang yang bekerja dan belajar sambil duduk bahwa rebahan, ditambah dengan kudapan yang kurang sehat. Gabungan kedua hal ini dapat memberikan dampak peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Lebih lanjut Siska menyatakan, “Pandemi Covid-19 ini meningkatkan kasus obesitas.” Obesitas dapat meningkatkan risiko kesehatan, salah satunya adalah risiko infkesi Covid-19. Jika terpapar infeksi Covid-19, orang dengan obesitas mempunyai risiko mendapatkan gejala yang lebih parah dibandingkan mereka yang memiliki IMT normal.
Solusi yang dapat dilakukan dalam agar terhindar dari obesitas pada kehidupan hybrid ini salah satunya adalah mencapai berat badan ideal. “Caranya adalah dengan menjalankan gaya hidup sehat, dengan mengatur pola makan yang tepat dan meningkatkan aktifitas fisik,” kata dosen departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unpad ini.
Menurutnya, menjaga keseimbangan bekerja dan belajar di era kehidupan hybrid ini sangat penting. Siska menyarankan, “Cara menjaga keseimbangan adalah dengan mengatur jadwal rapat atau menggunakan alternative lain dalam menjalani aktifitas.” Menjaga kesehatan mata juga hal yang sangat penting.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan share pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply