Inilah Perbedaan Gejala Deman Berdarah dan Covid-19 pada Anak yang Harus Diketahui Orang Tua

Ilustrasi anak dan orang tua (KalderaNews/Ist)
Ilustrasi anak dan orang tua (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Demam berdarah merupakan penyakit demam akut yang disebabkan virus dengur dan kerap dijumpai di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia, terutama pada musim hujan yang lembab. Biasanya penyakit ini banyak muncul akibat perubahan iklim dan cuaca. Saat terjadi wabah, tidak sedikit anak yang menderita penyakit ini,

Sayangnya, pada saat situasi pandemi ini, gejala demam berdarah dan Covid-19 sekilas tampak mirip. Bila orang tua tidak cermat melihat gejala ini dan kemudian salah melakukan perawatan, bisa jadi kondisi demam berdarah ini justru membahayakan bagi anak.

BACA JUGA:

Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Mulya Rahma Karyanti, Sp.A(K), menjelaskan perbedaan gejala demam berdarah dan Covid-19 pada anak. Menurutnya, kedua penyakit dapat menimbulkan demam pada anak. Namun, demam dengue biasanya terjadi akut mendadak dan muka mengalami merah khas. Sedangkan pada demam karena Covid-19, gejala muka merah ini tidak menimbulkan adanya tanda gejala muka merah.

Mulya, panggilan akrabnya menambahkan, gejala yang dominan pada demam dengue adalah demam kemudian sakit kepala. Sedangkan, gejala batuk pileknya lebih ringan dibanding pada Covid-19.

“Demam dengue di hari ketiga setelah gigitan nyamuk harus menjadi perhatian penting, karena secara umum demam dengue itu infeksi terjadi di hari ke-3 sampai hari ke-6, itu masuk fase kritis yang bisa rawan dan bisa meninggal kalau tidak diberikan cairan obat yang cukup,” papar dokter spesialis anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini.

Sedangkan demam pada Covid-19 bisa terjadi antara 5 hingga 7 hari dan disertai batul pilek yang lebih dominan dan makin tambah sesak, dan disertai dengan saturasi oksigen yang menurun. Dengan gejala tersebut, Mulya menyebutkan, “Itu dianggap berat untuk kasus Covid-19 pada anak.”

Lebih lanjut ia menjelaskan fase demam dengue antara lain dari hari pertama sampai hari ketiga adalah fase demam, kemudian fase kritis antara hari ke-3 sampai ke-6, dan kemudian fase penyembuhan setelah hari ke-6.

“Pada fase demam ini anak yang demam tinggi, dan biasanya menjadi malas minum sehingga yang harus diperhatikan adalah harus dipantau minumnya jangan sampai anak dehidrasi,” ucapnya.

Saat fase kritis demam dengue, di antara hari ke-3 sampai hari ke-6 terjadi kebocoran dari pembuluh darah yang bisa menyebabkan syok hipovolemik yang menyebabkan pembuluh darah bocor. Kalau cairan obat yang diberikan kurang, maka kemunginan akan menyebabkan kematian. Setelah hari ke-6 masuk ke fase penyembuhan.

Inilah yang membedakan dengan kasus Covid-19, pada pekan pertama akan terjadi demam, kemudia menjelang akhir pekan pertama ini antara hari ke-5 sampai hari ke-7, mulai ada gejala-gejala respiratorik seperti sesak, batuk pilek. Di sinilah tanda-tanda biasanya makin berat.

“Pada infeksi dengue biasanya demam terjadi mendadak tinggi, tetapi setelah hari ketiga pada saat memasuki fase kritis yang harus diperhatikan adalah jangan sampai anak kekurangan cairan obat karena di fase inilah kebocoran pembuluh darah yang bisa menyebabkan kematian,” imbuhnya.

Spesialis anak yang juga praktik di RSU Bunda Margonda ini menambahkan, “Sedang pada Covid-19, demam bisa tinggi, tetapi bisa disertai dengan batuk pilek dan bertambah sesak. Terutama masa kritisnya adalah pada akhir pekan pertama. Di sinilah saturasi oksigen bsia menurun,” tutup Mulya.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*