JAKARTA, KalderaNews.com – Indonesia Cyber Education (ICE) Institute merupakan hasil gotong royong 12 perguruan tinggi untuk mendukung dan menguatkan “Merdeka Belajar untuk Semua”. ICE Institute ini diresmikan oleh Kemendikbud Ristek pada 28 Juli 2021.
ICE Institute adalah market place pembelajaran daring bersertifikat teregistrasi pertama dari perguruan tinggi dalam negeri sehingga mahasiswa yang mengambil mata kuliah di sana berhak mengonversikan nilainya dalam SKS atau satuan kredit semesternya.
BACA JUGA:
- Inilah Daftar Juara Kompetisi Nasional MIPA 2021, UGM, ITB, dan UI Masih Dominan
- Congratulations, 37 dari 399 Pelamar Dapat Beasiswa OTS 2021
- Ini Strategi PENABUR International Hadapi Learning Loss Saat Pandemi Covid-19
Terdapat 12 perguruan tinggi dalam negeri yang tergabung dalam konsorsium ICE Institute ini adalah UI, UGM ITS, IPB, Binus University, UPH, UNJ, Unika Atma Jaya, UNS, Undip, Telkom University, Pradita University, serta Universitas Terbuka. UT juga menjadi ketua konsorsium yang dibentuk ini.
Peresmian market place atau loka pasar ICE Institute secara simbolis dilakukan oleh Dirjen Dikti, Prof. Nizam. Ia mengungkapkan kehadiran loka pasar belajar daring ini berada pada momen yang tepat yakni pada masa pandemi. “Pandemi ini membuat seluruh perguruan tinggi kita beralih ke pembelajaran daring. Transformasi teknologi yang sangat pesat terjadi di dalam kurun waktu yang pendek,” tutur Prof. Nizam.
“Kehadiran teknologi membantu kita mengatasi berbagai kendala dan menghasian habitus learning, pembelajaran kapan pun, oleh siapa pun, dan dari mana pun,” imbuh Prof. Nizam. Dia melanjutkan, “ICE Institute menjadi platform untuk berbagi. Sharing economy, sharing society inilah yang harus kita bangun bersama-sama. Saling peduli, saling asah, saling asih, dan saling asuh antar kampus perguruan tinggi.”
Dalam sambutannya Prof. Nizam juga berharap agar kehadiran market place belajar daring dapat menjadi daya ungkit pada akses pembelajaran berkualitas bagi seluruh mahasiswa dan perguruan tinggi tanah air melalui semangat gotong royong.
Ketua konsorsium loka pasar belajar daring yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Terbuka, Prof. Ojat Darojat, menyampaikan bahwa ke depan akan makin banyak perguruan tinggi dan lembaga terlibat dalam konsorsium in baik sebagai pengguna maupun sumber materi.
“Melalui loka pasar ini kami berharap mata kuliah yang ditawarkan di ICE Institute dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh seluruh pengguna di tanah air, sebagai dukungan kepada kebijakan dan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka,” tambah Prof. Ojat, panggilan akrab Rektor UT ini.
Sementara itu, Prof. Paulina selaku ketua ICE Institute juga menjelaskan selain 12 universitas yang tergabung di dalam konsorsium, ICE Institute juga mendapat dukungan dari Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia yang juga merupakan market place EdX yang dimotori oleh Universitas Harvard dan MIT Amerika Serikat.
Prof. Paulina juga menambahkan bahwa ICE Institute menggandeng MIT OCW, Kalibre, SPADA Indonesia, RELO US Embassy Jakarta dengan dukungan dana operasional dari ADB, Microsoft, PCMAN, dan Cloudswyft. Dalam keterangannya Prof. Paulina juga menjelaskan bahwa pembelajarannya telah dilengkapi dengan teknologi blockchain yang mampu mencatat semua penempuhan dan perolehan mata kuliah oleh peserta pembelajaran secara daring yang dapat dihubungkan dengan kebutuhan pasar.
Saat ini ICE Institute telah memiliki 165 mata kuliah dari universitas nasional dan 2.500 slot peserta untuk mengambil 1.420 mata kuliah EdX dari 55 universitas internasional. Kabar gembira yang lain adalah ICE Institute menyediakan beasiswa Mendibudristek Merdeka Belajar untuk Semua dengan slot 14.550 beasiswa per semester untuk mengambil berbagai mata kuliah melalui di loka pasar ini.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan share pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply