Ahli Mikrobiologi Esa Unggul: Varian Delta Bisa Menular Dalam Hitungan Detik, Anak dan Remaja Paling Berisiko

Ahli Mikrobiologi sekaligus Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Esa Unggul, Prof. Dr. Maksum Radji M. Biomed. (KalderaNews.com/Dok. UEU)
Ahli Mikrobiologi sekaligus Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) Universitas Esa Unggul, Prof. Dr. Maksum Radji M. Biomed. (KalderaNews.com/Dok. UEU)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Lonjakan kasus Covid-19 yang disebabkan varian B.1.617.2 atau yang dikenal varian Delta atau varian India, yang dapat menyebar sangat cepat.

Ahli Mikrobiologi sekaligus Dosen Farmasi Universitas Esa Unggul, Prof Dr Maksum Radji M. Biomed menerangkan, dalam data yang dipublikasikan New South Wales Health Officer, menunjukkan begitu cepatnya penularan varian Delta dan varian Kappa.

BACA JUGA:

“Penularan dari varian ini sangat cepat lantaran dapat terjadi dalam hitungan detik, bahkan saat berpapasan dimungkinkan bisa terjadi penularan jika seseorang tidak menggunakan masker,” terang Prof. Maksum.

Penularan varian Delta bias lebih cepat, lanjut Prof Maksum, karena varian ini memiliki kemampuan bertahan lebih lama di udara, sehingga seseorang yang kebetulan menghirupnya dapat terinfeksi dengan mudah.

“Bila seseorang terinfeksi varian Delta, mereka kemungkinan akan memiliki viral load lebih tinggi. Tingginya viral load tersebut dapat menyebabkan pasien yang terinfeksi lebih mudah menularkan virus terhadap orang lain,” jelas Prof. Maksum.

Prof. Maksum mengatakan, hal yang lebih mengkhawatirkan dari itu semua, yaitu varian Delta lebih mudah menyerang anak dan remaja. Kasus infeksi COVID-19 pada anak-anak di Indonesia dilaporkan tertinggi di dunia.

Berdasar data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) disebutkan bahwa kasus Covid-19 pada anak usia 0-18 tahun mencapai 12,5 persen. Sementara, tingkat kematian pada anak dan remaja juga meningkat mencapai 3-5 persen.

Dosen Farmasi Universitas Esa Unggul ini menerangkan, kecepatan penularan varian Delta, berdasarkan berbagai hasil penelitian disebutkan jika di suatu kawasan tidak ada program pembatasan mobilitas, atau tingkat cakupan vaksinasi masih rendah, maka angka reproduksi varian (R0) varian Delta bisa mencapai angka 7.

“Artinya, untuk setiap satu orang yang terinfeksi, mereka dapat menularkan pada 7 orang lainnya. Oleh sebab itulah varian Delta, 60 persen lebih menular daripada varian yang lain,” jelasnya.

Maka, Prof. Maksum mengimbau agar masyarakat konsisten menaati protokol kesehatan, meningkatkan imunitas tubuh, serta mendukung pemerintah dalam mempercepat program vaksinasi.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*