BANDUNG, KalderaNews.com – Universitas Kristen Maranatha melalui Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) sukses menjadi menjadi tuan rumah forum internasional bertajuk “International Forum on Maritime Spice Trading Routes and Cultural Encounters in Indo-Pacific: Past, Present, and Future.”
Forum yang digelar secar adaring ini menrupakan kerjasama FSRD Maranatha, Center for Chinese Diaspora Studies (CCDS) Maranatha, International Council on Monuments and Sites (ICOMOS), Fujian Normal University (Tiongkok), dan Yayasan Negeri Rempah.
BACA JUGA:
- Talkshow SGU-STIKES Tarumanegara: Indonesia Punya Potensi Herbal Covid-19 yang Sangat Kaya
- Ternyata Ini Manfaat Minuman Herbal Saat Covid-19, Cobain Yuk
- Jalan Panjang Jalur Rempah Jadi Warisan Budaya Dunia UNESCO, Masih Butuh Internalisasi Narasi yang Kuat
Dr. Dra. Christine Claudia Lukman, M.Ds., dosen FSRD selaku Ketua Panitia Pelaksana mengatakan, “Forum akademik ini bertujuan menggali nilai-nilai istimewa yang dapat ditemukan di negara-negara sepanjang Jalur Rempah-Rempah dan menghadapkannya dengan tantangan dan kemajuan zaman, tantangan dan kesempatan di saat ini dan di masa mendatang.”
Sementara, Rektor UK Maranatha, Prof. Ir Sri Widiyantoro, M.Sc, Ph.D., IPU mengatakan, Jalur Maritim Rempah-Rempah menjadi signifikan karena di sepanjang jalur itu berbagai bangsa saling bertemu dan meninggalkan banyak warisan budaya serta nilai hidup yang ada hingga kini. Nilai-nilai tersebut tidak tergantikan dan merupakan kekayaan warisan dunia yang perlu diakui dan dilestarikan.
“Maka, pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi berencana untuk mendaftarkan Jalur Maritim Rempah-Rempah sebagai warisan dunia kepada United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization atau UNESCO. Hal ini dilakukan karena banyak masyarakat yang telah melupakan Jalur Maritim Rempah-Rempah sebagai identitas bangsa Indonesia,” jelas Prof. Sri.
Topik yang dibahas dalam forum ini, seperti seni dan desain, sejarah, budaya, edukasi, bahasa, ekonomi, obat-obatan, warisan budaya, dan disiplin ilmu. Forum ini juga berhasil mengumpulkan 50 paper dan 150 artwork dari peserta yang berasal dari berbagai belahan dunia.
Artwork yang dikumpulkan melibatkan para peneliti muda untuk memvisualisasikan hasil penelitian tentang pertemuan budaya yang dihasilkan Jalur Rempah-Rempah melalui media poster, essay photography, dan videografi. Sementara itu, 50 paper yang terkumpul dipresentasikan dengan bahasa Indonesia, Inggris, dan Mandarin.
Christine menambahkan, hasil dari forum internasional ini akan diseminasikan kepada masyarakat luas melalui media e–prosiding, e-book chapter, dan pameran daring.
“Diharapkan melalui forum ini, masyarakat internasional akan menyadari signifikasi jalur rempah-rempah dan mendukung upaya Indonesia agar pada 2024 atau 2025 dapat diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia,” ujarnya.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply