YOGYAKARTA, KalderaNews.com – Tim dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menemukan alat untuk mengurangi nyeri pada pasien post-Covid. Temuan ini berupa alat fisioterapi infra red berbasis smartphone Android yang diperuntukkan bagi pasien post Covid.
Dosen Prodi Magister Manajemen Rumah Sakit UMY, Elsye Maria Rosa menuturkan pasien pasca Covid-19 sering kali merasakan nyeri pada beberapa bagian tubuhnya. Untuk mengatasi permasalah ini, ia bersama tim berhasil menemukan alat fisioterapi yang mampu meredakan nyeri otot pada pasien post Covie-19.
BACA JUGA:
- Robot Aromatherapy Nongol di Pameran Teknologi Tepat Guna UMY
- Masih dalam Situasi Pandemi, UMY Tetap Gelar Wisuda
- UMY Sediakan Ribuan Menu Buka dan Sahur Gratis Khusus untuk Mahasiswa
“Ini adalah alat fisioterapi untuk mengurangi rasa nyeri otot pada pasien post Covid. Alat yang mudah digunakan sendiri,” ujar Elsye.
Penggunaan alat infra merah itu harus terhubung dengan ponsel pintar berbasis android. Pasien harus terlebih dahulu menginstall aplikasi dari Google Play yang sebelumnya telah dibuatan Elsye dan timnya.
Pasien yang pernah sakit karena Covid-19, terutama para lansia, meski telah negatif terkadang masih sering merasakan nyeri otot. Elsya lalu berinovasi membuat alat fisioterapi yang mudah digunakan. Hasil temuan ini dapat dikontrol dengan mudah dari ponsel pintar. Tak hanya bagi pasien di rumah sakit, alat ini bisa digunakan bagi pasien positif Covid-19 yang isolasi mandiri di rumah.
“Alat ini untuk membantu pasien mengurangi rasa nyeri di ototnya. Dengan alat ini, pasien menjadi lebih nyaman,” tuturnya.
Alat ini juga bermanfaat bagi pasien lain yang tidak terinfeksi Covid-19. Alat ini membantu meredakan berbagai penyakit seperti pilek, asma, gangguan sirkulasi darah atau bisa pula untuk bayi yang sedang pilek. Efek panas dari sinar infra merah membantu mengurangi nyeri karena ketegangan otot-otot.
Elsye menjelaskan alasan di balik penggunaan infra merah untuk alat ini adalah radiasi elektromagnetik dan panjang gelombang sinar ini yang lebih panjang dari cahaya tampak. Selain itu, sinar infra red juga lebih pendek dari radiasi gelombang radio.
Kedua karakter ini, memungkinkan sinar infra red dapat digunakan untuk terapi terhadap suatu penyakit. Terapi ini bersifat fisioterapi maksudnya adalah pengobatan yang dilakukan secara fisik dengan menggunakan pancaran radiasi sinar infrared yang dihasilkannya.
Elsya tidak sendirian, alat ini ditemukan bersama Iswanto, Erika Loniza, dan Ipin Prasojo yang merupakan rekan dosen di UMY. Seorang mahasiswa juga terlibat dalam penemuan ini yaitu Noor Ridha M.
Saat ini alat ini masih dalam akan dikembangkan lagi dan menjadi bagian dari pengabdian kepada masyarakat. Sehingga masih ada penyempurnaan lebih lanjut.
“Harapan ke depan tentunya alat ini bisa mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dan bisa dikomersialkan,” harapnya.
Beberapa waktu lalu, alat fisioterapi infra red yang sudah berhasil diciptakan akhirnya disumbangkan ke Panti Asuhan Muhammadiyah Putra Daarusubusi Wates. Pengurus Panti Asuhan Muhammadiyah Putra Daarusubusi Wates, Ustad Kadirun mengakui alat ini sangat membantu, terutama bagi pengurus panti yang sudah berusia lanjut dan sering mengeluh sakit.
“Sesuai petunjuk penggunaan, kami bisa memakai alat ini sekitar 10 menit. Kami yang tadinya pegal-pegal atau nyeri otot dan pakai alat ini kemudian bisa reda sakitnya,” ungkap Ustad Kadirun.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply