LEBAK, KalderaNews.com – Pandemi berdampak sangat mengkhawatirkan bagi fenomena pernikahan usia belia di Lebak, Banten. Selama setahun pandemi Covid-19 di wilayah ini tercatat ada 415 siswa SMP yang memilih putus sekolah dan menikah muda.
Selama pandemi, siswa dipaksa belajar daring sehingga membutuhkan telepon seluler (ponsel) dan jaringan internet. Miris, ada sejumlah siswa yang tidak mampu membeli ponsel dan pulsa. Setelah putus sekolah, anak-anak bekerja membantu orangtua atau keluarganya.
BACA JUGA:
- LIPI: Gempa dan Tsunami Pasti Berulang, Masyarakat Diminta Waspada
- Teori Versus Realita: FSGI Berikan Rapor Merah untuk Pembelajaran Jarak Jauh
- Nggak Mau Kena Tilang di Jakarta, Inilah 98 Lokasi Kamera Tilang Elektroniknya
Tingginya angka pernikahan dini akibat pandemi ini dibenarkan Sekretaris Dinas Pendidikan Pemerintah Kabupaten Lebak, Abdul Malik. Di Lebak, kasus siswa SMP yang putus sekolah selama pandemi telah menjadi perhatian pemerintah. Menurutnya, hal ini karena lemahnya daya dukung orangtua.
“Siswa memilih putus sekolah untuk bekerja sehingga bisa membantu keluarga. Ada juga yang memilih menikah muda untuk meringankan beban orangtua,” ujar Abdul Malik.
Lebak memang menjadi salah satu daerah yang sulit mengakses internet. Belum lagi, jumlah keluarga miskin di Lebak masih tinggi. Berhadapan dengan situasi ini, Dinas Pendidikan Lebak tidak bisa berbuat banyak.
Kasus anak putus sekolah dan menikah muda menambah ironi dunia pendidikan. Belum selesai mengatasi perihal belajar daring, pendidikan dihadapkan pada fenomena siswa putus sekolah. Masalah ini menambah tumpukan persoalan di dunia pendidikan Indonesia.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silahkan dishare pada saudara, sahabat, dan teman-temanmu.
Leave a Reply