Bumi Mengalami Pergeseran Poros dan Perubahan Iklim, Berikut Penjelasan Ahli BMKG

Pantai Bama yang sejuk di sore hari karena menerima bayangan saat matahari di ufuk barat. (Arlicia/KalderaNews)
Pantai Bama yang sejuk di sore hari karena menerima bayangan saat matahari di ufuk barat. (Arlicia/KalderaNews)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Indonesia dikenal sebagai negara dua musim, kemarau dan penghujan. Berdasarkan letak geografisnya, Indonesia berada di wilaya iklim tropis. Ciri iklim topis adalah suhu udara yang tinggi sepanjang tahun sekitar 27 derajat Celcius. Perubahan iklim yang terjadi di bumi terjadi karena mencairnya gletser di daerah kutub selama beberapa dekade. Perubahan iklim ini membuat bumi mengalami pergeseran poros.

Jurnal Geophysical Research Letter memuat sebuah hasil penelitian yang menyebutkan bahwa banyaknya redistribusi air menyebabkan lokasi kutub utara dan selatan bergeser ke timur sejak pertengahan 1990-an.

BACA JUGA:

Poros bumi mulai bergeser secara drastis pada 1995 sehingga arah pergeseran kutub tersebut berubah dan menjadi sangat cepat. Es yang mencair mengubah bagaimana berat bumi didistribusikan.

Data satelit menunjukkan kutub bergerak perlahan ke selatan sebelum pertengahan tahun 1990-an. Namun, pergerakan berbelok ke kiri dan mulai bergeser ke timur dengan kecepatan yang dipercepat, bergerak sekitar satu per sepuluh inci per tahun.

BMKG menyampaikan bahwa pergeseran poros bumi yang justru menyebabkan perubahan iklim. Ahli dari BMKG dari Deputi Bidang Klimatoloi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Herizal, juga menyampaikan bahwa sudut poros bumi terhadap true north disebut memiliki pengaruh terhadap jumlah radiasi yang diterima tempat-tempat di permukaan bumi, dikenal sebagai eccentricity dan obliguity.

Perubahan eccentricity atau obliguity yang signifikan akan mempengaruhi secara signifikan kesetimbangan energi di permukaan bumi yang pada akhirnya akan mempengaruhi sistem iklim. Luasnya variabel obliguity ini merupakan peristiwa langka yang terjadi setiap 33 tahun.

Pihak BMKG juga menjelaskan tentang hubungan langsung antara gletser yang mencair dengan poros bumi yang semakin miring. Sistem iklim bumi yang berubah akan menguah semua komponen sistem iklim bumi yang terdiri dari sistem atmosfer, hidrosfer (termasuk lautan), kriosfer (termasuk gletser), dan biosfer (daratan).

Greenland telah mengalami kehilangan lebih dari 4,2 triliun ton es sejak tahun 1992, hal ii menaikkan permukaan laut global 0,4 inci. Tingkat pencairan itu meningkat tujuh kali lipat, dari 36 miliah ton per tahun pada tahun dalam dekade terakhir. Gletser di antartika mengalami pencairan yang makin cepat pada sekitar tahun 1980-an. Antartika kehlangan 40 miliar ton es setiap tahun. Dan yang lebih mencengangkan, dalam satu dekade belakangan, angka tersebut melonjak hingga rata-rata 252 miliar ton per tahun.

Sumbu bumi yang bergeser seanyak 23.5 derajat dan tidak lagi berada dalam sumbu lurus ke atas dank e abawah. Pergeseran ini membuat belahan bumi utara dan selatan mendapatkan jumlah sinar matahari yang berbeda pada waktu yang berbeda sepanjang tahun.

Meskipun perubahan poros bumi ini dikatakan tidak terlalu mempengaruhi ritme kehidupan sehari-hari. Namun, mereka mengubah waktu dalam datu hari. Rotasi bumi membutuhkan waktu kurang dari 24 jam, tetapi poros bumi yang berubah dapat menambahkan milidetik ke waktu putaran dan membuat waktu satu hari terasa sedikit lama.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan bagi pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*