JAKARTA, KalderaNews.com – Apakah kamu pernah melewati Jalan Dr. Abdul Rahman Saleh di kawasan Senen, Jakarta Pusat? Jika kamu melalui jalan itu, pasti akan berjumpa dengan sebuah bangunan tua. Itulah Museum Kebangkitan Nasional.
Bangunan peninggalan kolonial Belanda itu pernah digunakan sebagai tempat pendidikan kedokteran, Stovia (School Tot Oplending Van Inlandsche Artsen), atau sekolah kedokteran bumi putera.
BACA JUGA:
- Yuk Simak, Inilah Logo dan Tema Hari Kebangkitan Nasional ke-113
- Tahukah Kamu, 17 Mei Hari Buku Nasional, Begini Sejarahnya
- Hari Buku Nasional, Begini Sejarah Perjalanan Perpustakaan Nasional
Tempat pendidikan kedokteran di Indonesia ini, ada kaitannya dengan pemberantasan berbagai penyakit menular, seperti tipes, kolera, disentri dan lain-lain yang tersebar di daerah Banyumas pada 1847.
Wabah itu tidak dapat diberantas oleh tenaga medis pemerintahan Hindia Belanda yang jumlahnya terbatas, sehingga ada usul dari Kepala Jawatan Kesehatan waktu itu Dr. W. Bosch untuk mendidik beberapa anak pribumi menjadi pembantu dokter Belanda.
Januari 1851, berdirilah Sekolah Dokter Djawa di Rumah Sakit Militer Weltevreden dengan masa pendidikan 2 tahun. Pendidikan diikuti oleh 12 orang yang semuanya berasal dari Pulau Jawa. Bahasa pengantar menggunakan bahasa Melayu.
Pada 5 Juni 1853 Sekolah Dokter Djawa meluluskan 11 pelajar dan menyandang gelar Dokter Djawa. Mereka dipekerjakan sebagai mantri cacar yang diperbantukan di rumah sakit dan membantu dokter militer merangkap dokter sipil.
Sejak 1856, Sekolah Dokter Djawa ini mulai menerima murid yang berasal dari luar Pulau Jawa, yaitu dari Minangkabau (Sumatera) 2 orang dan Minahasa (Sulawesi) 2 orang.
Pada 1864, durasi pendidikan Sekolah Dokter Djawa ditingkatkan dari 2 tahun menjadi 3 tahun dengan jumlah siswa dibatasi 50 orang. Perubahan besar terjadi pada tahun 1875 karena lama pendidikannya ditingkatkan menjadi 7 tahun, dengan jumlah murid 100 orang.
Pada 1 Maret 1902, pendidikan digelar di gedung baru mulai resmi digunakan untuk STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen) yaitu Sekolah Kedokteran Bumiputra. Munculnya STOVIA menandai berakhirnya Sekolah Dokter Djawa.
Peristiwa bersejarah di Gedung Kebangkitan Nasional:
- Desember 1907 Dokter Wahidin Soedirohoesodo mengadakan ceramah tentang Studie Founds (beasiswa) dihadapan pelajar STOVIA.
- Pada 20 Mei 1908 pelajar STOVIA mendeklarasikan berdirinya organisasi modern pertama Boedi Oetomo.
- Pada 7 Maret 1915 Pelajar STOVIA mendirikan organisasi kepemudaan pertama Tri Koro Dharmo.
- Pada tanggal 6 April 1973 Gedung STOVIA mulai dipugar oleh pemerintah DKI Jakarta.
- Tanggal 20 Mei 1974 Presiden Soeharto meresmikan pemanfaatan Gedung Kebangkitan Nasional.
- Tanggal 12 Desember 1983 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan bangunan bersejarah Gedung Kebangkitan Nasional sebagai Cagar Budaya.
- Tanggal 7 Februari 1984 pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan sebuah museum di dalam Gedung Kebangkitan Nasional dengan nama Museum Kebangkitan Nasional.
- Tanggal 13 Desember 2001 Museum Kebangkitan Nasional menjadi Unit Pelaksana Teknis di bawah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
- Tahun 2012 sampai sekarang Museum Kebangkitan Nasional menjadi Unit Pelaksana Teknis di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan share pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!
Leave a Reply