SALATIGA, KalderaNews.com – Pandemi Covid-19 yang masih belum selesai memacu semua kalangan untuk menciptakan inovasi agar terhindar dari virus ini. Selain inovasi alat untuk mempercepat diagnosa covid-19, upaya lain yang tak kalah gencarnya adalah bagaimana meningkatkan imunitas tubuh.
Dhanang Puspita, M.Si dan Pulung Nugroho, S.T., M.Si dosen Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) bersama mahasiswa mencoba membuat permen herbal untuk imunomodulator.
Dhanang Puspita mengungkapkan, ide ini muncul karena masyarakat sekarang mulai banyak mengonsumsi jamu herbal untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Di daerah tertentu seperti di Suku Toraja, sejak dahulu ramuan herbal daun Miana digunakan sebagai obat batuk.
BACA JUGA:
- Keunggulan Laboratorium Biomolekuler BSL 3 Universitas Kristen Satya Wacana
- Unik, Robot Wakili 532 Peserta Wisuda Daring Universitas Kristen Satya Wacana
- Binus University Luluskan 6.642 Wisudawan, Jumlah Terbanyak Selama 40 Tahun Berdiri
“Permasalahannya, jamu herbal rasanya pahit dan kurang dapat diterima oleh lidah sehingga tidak semua orang bisa mengkonsumsi. Karena itu perlu upaya agar jamu bisa dinikmati semua kalangan termasuk anak-anak. Kami mencoba membuat permen herbal dalam bentuk jelly sehingga kita bisa mengenalkan produk herbal ke dalam permen,” terang Dhanang.
Ada dua jenis permen herbal yang dihasilkan Dhanang beserta timnya, yaitu permen herbal dari bahan dasar Miana dan Sambiloto.
Menurut Dhanang proses pembuatan permen herbal ini diawali dengan ekstrasi mengeluarkan senyawa bioaktif dalam tumbuhan Miana dan Sambiloto.
Setelah itu dilakukan pemekatan dengan cara menambahkan bahan pengikat untuk mengentalkan cairan dan menyalut senyawa bioaktif agar tidak rusak saat pengolahan dan menutupi rasa pahit.
“Permen herbal ini mengandung Saponin, Tanin dan Flavanoid, dimana zat tersebut bermanfaat sebagai antimikroba dan dan pemicu iminutas tubuh. Total kami memerlukan waktu dua hari untuk proses pembuatan permen ini karena membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk pengeringannya,” jelas Dhanang.
“Selain sudah diuji kandungan fitokimianya, kami juga sudah melakukan uji standar SNI antara lain untuk menguji kadar air dan kekenyalan sehingga dapat dikonsumsi,” lanjut dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan tersebut.
Permen herbal ini juga sudah dibagikan ke beberapa dosen dan mahasiswa FKIK untuk tes rasa. Rencananya permen herbal ini akan dibagikan saat peringatan Paskah mendatang.
“Sudah ada pembicaraan dengan pihak industri untuk memproduksi permen ini secara massal. Kami di lingkup akademisi melakukan penelitian dan hilirisasinya sudah dibicarakan dengan dunia industri,” pungkas Dhanang.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu
Leave a Reply