Perjuangan Kartini Belum Usai, Indonesia Masih Butuh Banyak Perempuan Peneliti

Ilustrasi: Riset LIPI untuk cegah penyebaran Covid-19. (Ist.)
Riset LIPI untuk cegah penyebaran Covid-19. (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Emansipasi perempuan yang diperjuangkan R.A Kartini membuka lebar kesempatan yang setara bagi perempuan untuk dapat mengenyam pendidikan. Perempuan dapat menjadi apapun sesuai dengan minat dan talentanya, termasuk menjadi peneliti.

“Ibu Kartini telah menunjukkan bahwa perempuan setara dengan laki laki. Jika perempuan bertekad untuk melakukan sesuatu maka pasti bisa merealisasikannya,” ujar Dwi Listyo Rahayu, Peneliti Bio Industri Laut LIPI. Sebagai perempuan peneliti riset kelautan, Listyo Rahayu telah berhasil menemukan banyak spesies biota dari laut Indonesia.

BACA JUGA:

Sementara, Kurniawati Hastuti Dewi, pakar gender dan politik Pusat Penelitian Politik LIPI mengatakan, “Perjuangan R.A. Kartini melalui surat-suratnya yang sangat potensial menjadi Memory of the World dalam bidang kesetaraan gender, sebenarnya mengajarkan bahwa perempuan harus memiliki ‘sensitifitas gender’ yang kemudian diikuti dengan ‘aksi’ untuk membuat perubahan di sekelilingnya, ke arah lebih baik.”

Kurniawati menambahkan bahwa sebagai perempuan peneliti dalam bidang politik, ia menyadari pentingnya menghadirkan perspektif perempuan dan perspektif gender dalam riset dan tulisan politik.

“Dengan demikian, peneliti perempuan dan para perempuan yang pengalamannya muncul dalam berbagai riset dan tulisan tersebut, berkontribusi menjadi sumber pengetahuan yang memperkaya pengetahuan ilmu politik Indonesia dan dunia,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan peneliti Biokimia LIPI, Tjandrawati Mozef. “Dulu, kaum perempuan hidup terkekang baik untuk menempuh pendidikan maupun untuk bersosialisasi. Dan hasil perjuangan Kartini berdampak panjang hingga saat ini. Kaum perempuan kini dapat mengenyam pendidikan dan berkiprah sesuai minat, bakat dan kemampuannya,” katanya.

Seorang peneliti, kata Tjandrawati, perlu meneladan sikap tersebut, peka terhadap permasalahan di sekitar dan berjuang untuk mencari solusi. “Kontribusi peneliti yang berdampak panjang, terutama dalam memperbaiki kualitas hidup manusia, menjadi indikator perjuangan seorang peneliti,” tegasnya.

Saat ini, jumlah perempuan peneliti di Indonesia tergolong masih rendah. Di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai lembaga penelitian terbesar nasional, rasio perempuan peneliti yaitu sekitar 41% (data 2019).

Maka, Sekretaris Utama LIPI Nur Tri Aries menekankan, keberadaan ekosistem riset yang ramah perempuan perlu terus ditingkatkan mengingat upaya mewujudkan kemajuan inovasi iptek tidak terlepas dari peran para perempuan peneliti.

“Peran penting perempuan peneliti dan SDM Iptek perlu terus diberi ruang yang lebih luas untuk mendorong mereka lebih berprestasi. Ketekunan, kesabaran, kegigihan, dan kemampuan multitasking perempuan merupukan kekuatan luar biasa. Saya yakin kekuatan tersebut akan menjadi daya ungkit semakin berkibarnya perempuan Indonesia,” ujar Nur.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*