JAKARTA, KalderaNews.com – Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando membantah sejumlah survei yang mengatakan bahwa budaya membaca masyarakat Indonesia rendah. Masyarakat Indonesia, katanya, kekurangan bahan bacaan.
“Indonesia hanya kekurangan bahan bacaan, bukan malas membaca,” tegas Syarif.
BACA JUGA:
- Ternyata, Inilah 7 Manfaat Gemar Membaca Buku
- Inilah Jenis Buku Anak untuk Referensi Pendidikan Karakter
- 2 April, Hari Buku Anak Sedunia, Ternyata Begini Sejarahnya
Syarif mencontohkan keberadaan Perahu Pustaka, Kuda Pustaka, Becak Pustaka, Angkot Pustaka, Mobil Pustaka, dan fasilitas bacaan lainnya yang disambut antusias oleh masyarakat. Kondisi ini nampak jelas terutama di beberapa wilayah perbatasan negara, di mana akses masyarakat ke bahan bacaan amat minim.
“Jika ada yang bilang ini era digital yang tak perlu buku, itu hanya berlaku untuk masyarakat di kota saja,” tegas Syarif sekali lagi.
Penduduk Indonesia berdasarkan data BPS kurang lebih 270 juta jiwa, namun jumlah bahan bacaan yang Perpusnas data di semua jenis perpustakaan umum (bukan di sekolah, perguruan tinggi, atau di rumah) hanya 22 juta.
Ini berarti, rasio buku dengan total penduduk belum mencapai satu buku per orang per tahun (0,098). Sementara, di Eropa dan Amerika, rata-rata sanggup menghasilkan 20-30 buku per orang setiap tahun.
Leave a Reply