JAKARTA, KalderaNews.com – Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Nahdiana, mengakui terpaksa melanggar rekomendasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk tidak membuka pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas bagi jenjang Sekolah Dasar (SD).
“Saya mohon ijin melanggar sedikit rekomendasi KPAI. Seharusnya tidak membuka SD, tetapi gelombang orangtua yang ingin membuka sekolah itu terutama dari SD. Kesiapan gurunya kebanyakan juga dari SD,” kata Nahdiana dalam webinar Alinea Forum tentang “Apa Kabar Uji Coba Masuk Sekolah di DKI?”
BACA JUGA:
- Boleh Ditiru, Dua Sekolah Ini Menjadi Contoh Baik Persiapan PTM Terbatas
- Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Mulai Juli 2021, Begini Aturannya
- PTM Terbatas Langsung Dihentikan, Jika Ada yang Kena Covid-19
Dalam uji coba pembelajaran tatap muka, surat ijin orangtua menjadi persyaratan mutlak untuk melakukan uji coba. “Jadi, ketika sekolahnya sudah siap, gurunya sudah siap, tetapi orangtua tidak mengijinkan, kami tidak bisa memaksakan untuk PTM ke sekolah,” papar Nahdiana.
Selama dua minggu uji coba PTM, Dinas Pendidikan DKI menemukan fakta terus bertambahnya jumlah siswa yang masuk sekolah. “Pada awalnya kehadirannya kecil sekali. Bahkan awalnya, saya sempat melihat ada kelas hanya 5 orang. Tetapi setiap harinya, ada kenaikan kehadiran,” ujar Nahdiana.
Sementara, untuk mobilitas murid, Disdik DKI masih mengandalkan orangtua untuk berinisiatif menjemput anaknya dengan kendaraan sendiri. Namun, bagi orangtua tidak memiliki kendaraan, Pemprov DKI Jakarta menyediakan bus antar jemput.
Sementara, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan Retno Listyarti menegaskan, bahwa PTM di jenjang PAUD, TK, dan SD kelas 1-3 sangat tidak tepat.
“Hak anak yang pertama, hak hidup. Kedua, hak sehat. Ketiga, hak pendidikan. Sepanjang belum aman, biarlah tetap sehat dan tetap hidup. Ketertinggalan bisa dikejar, kalau kita penuhi hak pendidikannya,” tegas Retno.
Apalagi menurutnya, 14% kasus anak sekolah terpapar Covid-19 di Indonesia tergolong tinggi. Bahkan, ada yang menyebutkan angka kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia tertinggi di kawasan Asia Pasifik.
“Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) punya data itu. Indonesia untuk kasus anak Asia-Pasifik di angka tertinggi. Italia itu meskipun banyak, tetapi tidak ada satu anak pun meninggal dunia karena Covid-19,” kata Retno.
*Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!
Leave a Reply