JAKARTA, KalderaNews.com – Sebagai upaya untuk mendorong murid memahami dan menghargai keberagaman melalui pengalaman belajar bermakna, Sekolah Cikal Setu kembali menggelar festival budaya dan pertukaran pelajar tahunan dengan Itsukaichi High School, Jepang, beberapa waktu lalu.
Koordinator kegiatan pertukaran pelajar Sekolah Cikal, Mimin Sri Wahyuni mengatakan, Cultural Exchange Program (CEP) merupakan program kerjasama antara Sekolah Cikal dengan sekolah partner di Jepang dan Korea Selatan.
BACA JUGA:
- Sekolah Cikal Gelar Bincang-Bincang Pergaulan Remaja Muslim
- Ini Kata Anak-anak Sekolah Cikal Setu Tentang Kemanusiaan
- Milenial Sekolah Cikal Memotret Estetika “Kamanungsan” Lewat Seni Rupa dan Film
“Program ini salah satu upaya memberikan pengalaman belajar bermakna pada murid tentang keberagaman budaya serta upaya mengeratkan persahabatan dua negara antara Indonesia dan Jepang,” kata Mimin.
Dalam kegiatan ini, murid SMP dan SMA Cikal Setu melakukan kunjungan belajar dan juga menerima kunjungan belajar selama kurang lebih satu minggu.Kegiatan diisi dengan beragam, seperti forum diskusi, belajar bersama, dan pameran budaya.
Namun, sejak hadirnya pandemi tahun lalu, pelaksanaan pertukaran budaya dilakukan secara daring dan menyesuaikan jam waktu yang berbeda antara Indonesia dan Jepang.
“Kami mencoba mencari cara bagaimana agar program ini tetap bisa dilakukan pada masa pandemi ini, sehingga melakukannya secara online merupakan pilihan yang harus dibuat,” kata Mimin.
Tahun ini, pertukaran pelajar ini dijalankan dengan festival budaya melalui proyek kolaborasi budaya.
“Kami membuat acara CEP Cultural Festival, di mana setiap grup membuat proyek budaya dan memamerkan hasil proyek mereka kepada seluruh murid dan guru dari Sekolah Cikal dan Itsukaichi. Proyek kali ini meminta murid dua negara untuk saling belajar budaya masing-masing,” terang Mimin.
Proyek-proyek yang dipilih oleh masing-masing grup murid bervariasi dan unik. Ada yang saling belajar masakan khas, permainan tradisional, membuat baju dengan gaya dari masing-masing negara, menyanyi, membuat pola kain batik, dan berkarate.
Guru dari Itsukaichi High School, Miyul Hong menyatakan bahwa konsep pertukaran pelajar dan festival budaya secara daring ini dapat menjadi model pertukaran budaya baru di era teknologi dan pandemi.
“Banyak sekali manfaat dari model pertukaran pelajar seperti ini. Murid-murid dapat bertukar budaya dan mengembangkan berbagai potensi dan kemampuan, baik itu berkomunikasi, kreativitas, dan kolaborasi dua budaya. Pertukaran pelajar daring ini terasa sekali manfaatnya, terutama mengeratkan persahabatan dua negara, Indonesia dan Jepang. Murid-murid pasti tidak akan pernah lupa akan itu,” tutur Miyul Hong.
Murid kelas 11 Sekolah Cikal Setu, Alifa Shabira mengatakan, pengalaman ini tidak terlupakan dan menumbuhkan semangat untuk berkolaborasi dan mempelajari budaya yang berbeda.
“Aku memperoleh banyak pengalaman bermakna dengan mengikuti kegiatan ini. Aku belajar membangun kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi dengan teman-teman yang berbeda budaya denganku. Selain itu, tentu aku belajar untuk menghargai perbedaan budaya dan belajar dari budaya yang berbeda itu. Sungguh menyenangkan!” tutur Alifa Shabrina.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!
Leave a Reply