Ini Kata Anak-anak Sekolah Cikal Setu Tentang Kemanusiaan

A series of photographs berjudul "Day One" (2020) Karya Najja Chaliza Gaswara di International Baccalaureate Diploma Program Arts Exhibition (IBDP) 2021
A series of photographs berjudul "Day One" (2020) Karya Najja Chaliza Gaswara di International Baccalaureate Diploma Program Arts Exhibition (IBDP) 2021 (KalderaNews/JS de Britto)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – ​Anak-anak Sekolah Cikal Setu kelas 11 dan 12 sukses menggelar ​International Baccalaureate Diploma Program Arts Exhibition (IBDP) atau Pameran Seni Rupa dan Film Internasional tahunan untuk mengekplorasi makna kemanusiaan, Jumat-Sabtu, 5-6 Maret 2021.

Dengan tema Kamanungsan atau Kemanusiaan, peserta didik Sekolah Cikal Setu mengangkat berbagai isu dan topik tentang lingkungan, toleransi, politik dan bahkan sejarah Indonesia.

“Penggunaan kata kamanungsan bertujuan untuk mencerminkan perubahan dan peradaban yang terjadi di Indonesia melalui topik dan isu yang diangkat sebagai generasi seniman muda Indonesia di era baru,” jelas penggagas tema pameran Rafael Benaya Sarmanella.

BACA JUGA:

Siswa Kelas 12 Sekolah Cikal Setu itu sendiri menampilkan karya seni rupa berjudul Darah Saudara ​(Blood of Our Siblings). Ia mengeksplorasi lebih dalam sisi sejarah dan konflik yang pernah terjadi di Indonesia dan menunjukkan bagaimana konflik yang terjadi dapat mengubah persepsi dan kepercayaan masyarakat Indonesia, seperti Konflik Papua, konflik pemilu, hingga tensi antar agama.

Ia berharap dengan karya seni rupa bertemakan sejarah dan isu sosial tersebut, masyarakat bisa memahami dan sadar akan pentingnya toleransi yang menjadi bagian dari nilai pancasila dan masyarakat indonesia yang berperikemanusiaan.

“Saya merasa, penting bagi generasi muda masa kini untuk memahami dan memaknai pengalaman masa lalu tersebut menjadi sebuah aksi perbaikan harapan dan yang lebih bermanfaat bagi Indonesia di masa kini dan masa depan,” tandas Rafael.

Salah satu adegan dalam film "Berdosa" karya Keishabel, Alya dan Maresca di International Baccalaureate Diploma Program Arts Exhibition (IBDP) 2021
Salah satu adegan dalam film “Berdosa” karya Keishabel, Alya dan Maresca di International Baccalaureate Diploma Program Arts Exhibition (IBDP) 2021 (KalderaNews/JS de Britto)

Hal senada diutarakan Rayhan Noor Wibhowo yang merepresentasikan momen yang menggambarkan kekerasan dan konflik politik, ras, etnis dan agama yang pernah terjadi di Indonesia melalui karyanya yang berjudul “Leba Kuna” atau “Jejak Masa Lalu” seperti Kondisi politik di era 1998, krisis moneter, dan isu konflik politik ras agama di pemilu Indonesia.

Selain karya seni rupa, pameran IBDP Sekolah Cikal Setu juga menampilkan 5 film yang mengangkat sisi kemanusiaan dari segi kesehatan mental. Terdapat 5 karya film yang dibuat oleh murid kelas 12 Sekolah Cikal Setu antara lain ​Deep Sleep ​(Radja Mohammed Rifki Anam), ​Afterthought ​(Akira Bilal Sam Soedharto), ​Grief (​ Aisya Rayana dan Arifa Qonita), Daily Routine​ (Adam Pasaribu) dan Berdosa (Keishabel, Alya dan Maresca).

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*