Ini Kata Anak-anak Sekolah Cikal Setu Tentang Kemanusiaan

Sharing for Empowerment

Ia berharap dengan karya seni rupa bertemakan sejarah dan isu sosial tersebut, masyarakat bisa memahami dan sadar akan pentingnya toleransi yang menjadi bagian dari nilai pancasila dan masyarakat indonesia yang berperikemanusiaan.

“Saya merasa, penting bagi generasi muda masa kini untuk memahami dan memaknai pengalaman masa lalu tersebut menjadi sebuah aksi perbaikan harapan dan yang lebih bermanfaat bagi Indonesia di masa kini dan masa depan,” tandas Rafael.

Salah satu adegan dalam film "Berdosa" karya Keishabel, Alya dan Maresca di International Baccalaureate Diploma Program Arts Exhibition (IBDP) 2021
Salah satu adegan dalam film “Berdosa” karya Keishabel, Alya dan Maresca di International Baccalaureate Diploma Program Arts Exhibition (IBDP) 2021 (KalderaNews/JS de Britto)

Hal senada diutarakan Rayhan Noor Wibhowo yang merepresentasikan momen yang menggambarkan kekerasan dan konflik politik, ras, etnis dan agama yang pernah terjadi di Indonesia melalui karyanya yang berjudul “Leba Kuna” atau “Jejak Masa Lalu” seperti Kondisi politik di era 1998, krisis moneter, dan isu konflik politik ras agama di pemilu Indonesia.

Selain karya seni rupa, pameran IBDP Sekolah Cikal Setu juga menampilkan 5 film yang mengangkat sisi kemanusiaan dari segi kesehatan mental. Terdapat 5 karya film yang dibuat oleh murid kelas 12 Sekolah Cikal Setu antara lain ​Deep Sleep ​(Radja Mohammed Rifki Anam), ​Afterthought ​(Akira Bilal Sam Soedharto), ​Grief (​ Aisya Rayana dan Arifa Qonita), Daily Routine​ (Adam Pasaribu) dan Berdosa (Keishabel, Alya dan Maresca).




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*