#ChangeToChallenge: Hentikan Stigma Disabilitas dan Bullying

Webinar Perempuan
Setiap orang harus turut andil dalam menghapus stigma disabilitas dan rundungan. (KalderaNews/Ist)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Pertanyaan bagaimana membagi waktu antara keluarga dan perannya dengan karir dan menjadi pemimpin adalah pernyataan klasik yang old-school. Pertanyaan seperti ini sudah tidak relevan untuk masa sekarang.

Franka Makarim, yang merupakan Co-Founder  Tulola Jewelry sejak 2017, menjelaskan bahwa bentuk konkret dukungan terhadap sesama perempuan salah satunya dengan membangun ruang diskusi seperti webinar yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia secara virtual dengan menggunakan Zoom.

Acara ini digelar untuk memperingati Hari Perempuan Internasional 2021 yang bertemakan #ChangeToChallenge ini. Hari Perempuan Intenasional diperingati setiap tanggal 8 Maret.

Acara yang dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim tersebut berlangsung interaktif selama 1,5 jam dan dipandu oleh Widya Saputra. Menghadirkan tiga perempuan inspiratif Indonesia dengan peran dan keahliannya masing-masing.

BACA JUGA:

Franka menambahkan, “Diskusi tentang perempuan, tidak hanya menarik untuk perempuan, tetapi juga untuk laki-laki. Karena dukungan untuk perempuan sudah seyogianya berasal dari laki-laki dan perempuan.” Menurutnya, pembagian peran antara rumah tangga dan pekerjaan itu harus seimbang. Dan hal ini juga terjadi pada kaum pria.

Harapan Franka terhadap pemerintah dan swasta adalah bahwa penyedia lapangan peekerjaan ini mampu menyediakan keseimbangan tanggung jawab yang setara antara tanggung jawab perempuan di keluarga dan di area finansial.

Angkie Yudistia, penyandang tuna rungu yang menjadi staf khusus presiden menuturkan bahwa sejak kecil dirinya terlah mendapatkan stigma dan rundungan. Tidak hanya stigma umum bagi kaum perempuan, melainkan juga stigma tentang disabilitas yang disandangnya.

“Siapa sih yang mau menjadi orang disabilitas. Siapa yang ingin dilahirkan dengan disabilitas,” Angkie secara retori bertanya.

Stigma yang dilemparkan masyarakat terhadapnya tersebut rupanya tidak mengendurkan rasa optimisnya untuk mencapai cita-cita. Menurutnya hal itu karena dukungan keluarga yang selalu mendukungnya meraih pendidikan tertinggi yang dapat dicapainya.

Sebelum diangkat menjadi staf khusus presiden RI, prestasi Angkie sudah cukup membanggakan. Selian menjadi salah satu finalis Abang-None 2008, Angkie juga meraih penghargaan The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008.

Pendiri Thisable Enterprise ini bercita-cita menjadikan seluruh kaum penyandang disabilitas memiliki kemandirian finansial. Saat dipilih Presiden Jokowi sebagai staf khusus pada 19 November 2019, Jokowi meminta Angkie dapat menjadi juru bicara presiden di bidang sosial.

Dalam webinar tersebut Angkie juga menunjukkkan bahwa ia masih tetap mengenakan alat bantu dengar. Menjadi penyandang disabilitas merupakan perdikat yang dibawa seumur hidup. “Sebagai penyandang disabilitas, kita dihadapkan pada dua pilihan: menyerah atau tetap optimis,” katanya mengakhiri pertanyaan moderator seputar stigma.

Menteri Nadiem Anwar Makarim menutup webinar ini dengan pertanyaan tantangan: kami telah melakukan membentuk lingkungan menjadi peminmpin, lalu apa yang anda dan organisasi anda akan lakukan untuk hal ini? We choose to challenge you. Kami memilih melakukan hal ini dan menantang anda melakukan hal yang sama.”

Hei, perempuan Indonesia, siap dengan tantangan mas Menteri ini?

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu!




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*