![Wikan Sakarinto, S.T., M.Sc., Ph.D. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Wikan Sakarinto, S.T., M.SC., PH.D](/wp-content/uploads/2020/11/IMG_20201111_130214-1-678x381.jpg)
JAKARTA, KalderaNews.com – Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto, Ph.D, mengatakan, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bukanlah penentu kesuksesan di masa depan.
“Kalau IPK adalah jaminan sukses, maka itu salah. IPK tinggi ya itu memang harus tinggi. Kalau IPK-nya tidak mencukupi maka dia akan kesulitan ditelepon dunia kerja,” ujar Wikan.
BACA JUGA:
- Saat Mahasiswa Pernah Dapat IPK 1,36, Tapi Kini Jadi Rektor Untar
- Dariya Darvin Patahkan Stereotip Aktivis Kampus Tak Mampu Cetak IPK 4
- Yuk Simak Kiat Meraih IPK Tinggi!
Maka, kata Wikan, langkah terpenting yang harus diambil perguruan tinggi adalah membekali mahasiswa dengan kompetensi yang mumpuni sebelum masuk ke dunia kerja.
“Kompetensi itu bukan sekadar mengandalkan ijazah kompetensi. Itu gabungan antara kognitif, soft skill, dan karakter. Tapi, setelah nanti diterima di dunia kerja, maka yang akan berfungsi selamanya adalah soft skill,” kata Wikan.
Wikan menyampaikan hal ini, lantaran dunia kerja atau industri kerap kali mengeluhkan kualitas lulusan perguruan tinggi yang kurang tahan terhadap tekanan kerja.
“Data komplain dari dunia kerja kepada lulusan perguruan tinggi, misal kurang dapat berkomunikasi, kurang dapat bekerja sama atau team work, kurang inisiatif, serta mudah bosan,” ungkap Wikan dalam acara wisuda di sebuah universitas secara daring.
Leave a Reply