BMKG: Waspada, Jakarta Masih Berpotensi Hujan Lebat Sampai Akhir Februari

Hujan yang terus mengguyur Kota Bekasi 19-20 Februari 2021, sebagaimana telah diprediksi BMKG dan LAPAN menyebabkan banjir di sejumlah titik, seperti Perumahan Jatibening, Taman Permata Cikunir, Kompleks AL, Kompleks PAM dan lain-lainnya. Bahkan ketinggian banjir di Perumahan Jatibening Permai Kota Bekasi, Jawa Barat, mencapai perut orang dewasa. Akses Gerbang Tol Jatibening juga sempat terendam banjir
Hujan yang terus mengguyur Kota Bekasi 19-20 Februari 2021, sebagaimana telah diprediksi BMKG dan LAPAN menyebabkan banjir di sejumlah titik, seperti Perumahan Jatibening, Taman Permata Cikunir, Kompleks AL, Kompleks PAM dan lain-lainnya. Bahkan ketinggian banjir di Perumahan Jatibening Permai Kota Bekasi, Jawa Barat, mencapai perut orang dewasa. Akses Gerbang Tol Jatibening juga sempat terendam banjir (KalderaNews/JS de Britto)
Sharing for Empowerment

JAKARTA, KalderaNews.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan, seluruh wilayah DKI Jakarta masih berpotensi hujan dengan intensitas lebat hingga 25 Februari 2021. Maka, warga diimbau waspada terhadap potensi banjir yang dapat terjadi.

“Prediksi kami, masih ada potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat hampir di seluruh wilayah DKI Jakarta, terutama di malam hari, yang dapat menerus hingga dini hari dan esok hari menjelang pagi,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

BACA JUGA:

So, masih perlu meningkatkan kewaspadaan potensi hujan lebat yang dapat berpotensi memicu banjir dan longsor di wilayah DKI Jakarta.

“Umumnya kejadian hujan terjadi malam hingga dini hari dan berlanjut sampai pagi hari. Ini merupakan waktu-waktu yang kritis dan perlu diwaspadai,” tegas Dwikorita.

Sementara, Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto memaparkan, kondisi cuaca ekstrem di wilayah Jabodetabek tersebut disebabkan sejumlah faktor, yaitu pada 18-19 Februari tarpantau ada seruakan udara dari Asia yang cukup signifikan mengakibatakan peningkatan awan hujan di Indonesia bagian barat.

Selain itu, terpantau aktivitas gangguan atmosfer di zona equator (Rossby equatorial) yang mengakibatkan perlambatan dan pertemuan angin dari arah utara membelok tepat melewati wilayah Jabodetabek, sehingga terjadi peningkatan intensitas pembentukan awan-awan hujan.

Ada pula tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi. Hal ini menyebabkan peningkatan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah Jabodetabek.

Guswanto menjelaskan, curah hujan yang terjadi saat ini di DKI Jakarta sebenarnya masih lebih rendah dibandingkan curah hujan pada Januari 2020 yang juga menyebabkan banjir.

“Ada beberapa faktor penyebab banjir di DKI Jakarta, yaitu hujan yang jatuh di sekitar Jabodetabek yang bermuara di Jakarta, lalu hujan yang jatuh di Jakarta sendiri, serta ada pasang laut. Selain itu daya dukung lingkungan juga sangat berpengaruh,” kata Guswanto.

Saat ini, wilayah Jabodetabek masih berada di puncak musim hujan yang diperkirakan berlangsung hingga akhir Februari sampai awal Maret 2021.

“Maka, kami mengimbau masyarakat tetap tenang, namun waspada dan berhati-hati terhadap dampak cuaca ekstrem, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang dan gelombang tinggi,” kata Dwikorita.

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*