JAKARTA, KalderaNews.com – Pandemi Covid-19 telah memaksa 1,7 miliar siswa melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ) akibat sekolah-sekolah ditutup. Hal ini membuat berbagai jenjang pendidikan mencoba mencari metode pembelajaran yang tepat, meskipun hingga saat ini PJJ telah menghasilkan kerugian besar dalam pembelajaran.
Namun, kekhawatiran sebenarnya bukan hanya tentang berapa lama PJJ ini akan bertahan, tetapi seberapa tertinggal para siswa memahami materi sekolah akibat PJJ yang tidak efektif.
Sebuah studi menunjukkan bahwa penutupan sekolah sementara berakibat fatal terhadap pendidikan jangka menengah. Peneiliti RISE (Research on Improving System of Education) dari Universitas Oxford di Inggris , Michelle Kaffenberger menganalisis dampak gempa bumi Pakistan tahun 2005 lalu. Penelitian itu mengambil sampel para remaja yang dulunya adalah korban. Ketika peristiwa itu berlangsung mereka masih berusia 4-5 tahun.
BACA JUGA:
- Hadapi Ancaman Learning Loss, Begini Strategi Program S2 SGU
- PJJ Sudah 10 Bulan, Siswa Berpotensi Alami Learning Loss
- Lulusan Perguruan Tinggi Harus Ciptakan Lapangan Kerja, Bukan Jadi Pencari Kerja Melulu
Sekolah-sekolah di daerah bencana gempa bumi ditutup rata-rata 14 minggu. Hal yang mencengangkan terjadi di kemudian hari bahwa ternyata anak-anak ini secara kemampuan memahami materi sekolah tertinggal cukup jauh dari remaja seumuran yang tidak terdampak gempa bumi.
Salah satu alasan yang disampaikan oleh Kaffenberger adalah kurikulum dan pembelajaran di wilayah itu tidak beradaptasi atau disesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Metode yang digunakan masih tetap sama sehingga anak-anak yang terkena dampak gempa bumi tertinggal jauh dibanding teman-teman dari wilayah lain yang tidak terkena gempa bumi.
Masalah ini oleh Kaffenberger disebut learning loss. Learning loss merupakan kerugian jangka panjang terhadap pembelajaran anak-anak akibat penutupan sekolah sementara.
Efek Lanjut Learning Loss
Menurut Michelle Kaffenberger, dampak learning loss tidak akan berhenti sekalipun sekolah dibuka dan diadakan pembelajaran tatap muka. Apalagi jika tidak ada kebijakan terkait pemulihan kemampuan belajar terlebih dahulu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, dampak learning loss secara global pada peserta didik sangat besar terjadi pada siswa yang sedang duduk di bangku Sekolah Dasar. Dijelaskan bahwa siswa kelas 3 SD yang melewatkan waktu belajar 6 bulan berpotensi kemampuannya tertinggal 1,5 tahun.
Selain itu, siswa kelas 1 SD yang tidak belajar dalam waktu 6 bulan akan mengalami ketertinggalan hingga 2,2 tahun. Learning loss, menurutnya,akan berdampak panjang sehingga menyebabkan masalah ekonomi dan sosial di masa depan.
“Siswa yang kehilangan kesempatan belajar selama 1,5 tahun akan kehilangan pendapatan sebesar 15% saat dewasa. Sedangkan siswa yang kehilangan kesempatan belajar selama 2 tahun akan kehilangan pendapatan sebesar 20% saat dewasa,” tutup dia.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply