JAKARTA, KalderaNews.com – Sebanyak 511 orang dari PTN, 1.933 PTS, 4 orang dari Perguruan Tinggi Agama, dan 2 orang Perguruan Tinggi Kementerian Lain 2 orang mengikuti Pelatihan Microcredential Certification Bidang Data Science dan Artificial Intelligence pada Senin, 22 Februari 2021.
Kegiatan pelatihan atau Training for Trainer (ToT) yang diselenggraakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kemendikbud ini dimaksudkan untuk mempersiapkan para dosen, pendamping dan asisten kompetensi dalam melaksanakan microcredential certification bagi mahasiswa khusunya di bidang data science dan Artificial Intelligence (AI).
Dirjen Dikti, Nizam menyampaikan saat ini zaman semakin berekembang, bahkan dunia nyata dan dunia maya telah menyatu. Seiring dengan abad Asia, dimana ekonomi dunia telah bergeser ke timur, Asia menjadi sumber kebutuhan ekonomi dunia. Sehingga dalam mempersiapkan Indonesia maju diperlukan penguasaan teknologi, sesuai dengan kebutuhan ekonomi digital.
BACA JUGA:
- Inilah Varian Baru Virus SARS-CoV-2 yang Perlu Kamu Tahu
- Waspada, Gunakan Aplikasi SHAREit Data Pengguna Berpotensi Disalahgunakan
- Pantau Daerah Banjir dengan 4 Aplikasi dan Situs Ini
“Ke depan ekonomi kita tidak bisa hanya mengandalkan ekonomi berbasis sumber daya, maupun efisiensi tenaga kerja, tetapi kedepan akan lebih dibutuhkan ekonomi berbasis inovasi,” kata Nizam saat pembukaan pelatihan yang dilaksanakan dalam 5 hari mulai 22 hingga 26 Februari 2021 secara daring dengan metode synchronous dan asynchronous.
Sementara teknologi informasi membawa kita pada smart society, bahkan dari bangun tidur hingga tidur lagi, dan saat kita tertidur pun terdapat teknologi yang merekam. Sehingga hal ini membawa pada big data, yang menjadi mata uang ekonomi di masa depan. Oleh karena itu pengetahuan dan kemampuan untuk mengolah data menjadi informasi, menjadi amat penting.
“Inilah yang dikenal dengan revolusi industri 4.0 yang melahirkan disrupsi, dengan kemungkinan hilangnya puluhan juta pekerjaan akan hilang, digantikan oleh otomasi dalam 10 tahun kedepan, tetapi akan hadir peluang 2 kali lipat lebih banyak pekerjaan yang berbasis dengan kompetensi baru inovasi dan kreativitas yang lahir selama 10 tahun ke depan ini. Ini menjadi tantangan bagi perguruan tinggi untuk menyiapkan lulusan yang lebih adaptif, lebih kreatif yang didasari dengan digital literasi dan complex problem solver yang kuat,” ujar Nizam.
Nizam melanjutkan, di Indonesia ekonomi digital membawa lompatan besar, seperti 5 dari 10 unicorn di ASEAN lahir dan besar dari Indonesia. Inilah fakta bahwa kreativitas anak bangsa dahsyat sekali, dalam mengawinkan penguasaan teknologi digital khususnya bidang artificial intelligence ini adalah satu peluang yang sangat besar untuk mengangkat Indonesia menjadi negara berpenghasilan tinggi dalam waktu yang tidak lama.
Melalui semangat Kampus Merdeka, kita memberikan banyak jalan bagi mahasiswa dalam menciptakan kreativitas. Nizam mengharapkan program microcredential untuk national digital pool ini akan diikuti oleh mahasiswa dari berbagai program studi, tidak hanya mahasiswa dari teknologi informasi. Serta bagi para peserta yang telah mengikuti pelatihan ini diharapkan dapat menjadi pengajar, pendamping, dan asisten kompetensi dalam program microcredential certification bagi mahasiswa yang dapat mengakselerasi transformasi pendidikan digital dan mendampingi mahasiswa dalam menciptakan inovasi kreatifitas yang bermanfaat bagi DUDI dan masyarakat, serta membawa pada kemajuan bangsa.
“Menurut World Economic Forum (WEF) pada Januari 2020, ICT literasi menjadi salah satu kebutuhan fundamental penting untuk kehidupan ke depan, dalam mengakselerasi bidang digital ini kita telah bekerja sama dengan Google, AWS, Huawei, NVIDIA, HPE Aruba, 5G,” sambung Nizam.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply