JAKARTA, KalderaNews.com – Alumnus Sekolah Cikal, Agalia Ardyasa berbagi pengalaman inspiratif saat kuliah di Amerika, teristimewa terkait dengan yang namanya adaptasi dan inklusivitas.
Mahasiswi jurusan Ekonomi dan Matematika Terapan di University of Wisconsin, Madison ini mengaku tidak mengalami kesulitan dalam hal bahasa ataupun rindu keluarga, tetapi ada hal lain yang justru sangat menantang, yakni terkait upaya memacu diri dalam hal belajar karena tingginya “budaya ambisius” di kampusnya.
“Sebenarnya kalau adaptasi belajar, aku tidak terlalu sulit karena aku sudah terbiasa belajar di Cikal dengan full english. Untuk adaptasi juga tidak terlalu sulit. Aku berupaya mencari teman yang tepat dan aku tinggal di asrama yang membuatku bertemu banyak teman yang di posisi sama dan mendukung prosesku,” akunya.
BACA JUGA:
- Grace Kurniadi, Psikolog Tunarungu Pertama dari Universitas Tarumanagara
- Mahasiswi S3 Beasiswa PMDSU Termuda, Maya Nabila Masuk SD Usia 5 Tahun
- Gus Mus dan Buya Syafii Jadi Cendekiawan Muslim Berpengaruh 2021
“Tapi, salah satu hal yang cukup penuh tantangan itu banyak sekali pelajar yang ambisius di kampusku. Jadi, aku berusaha menaikkan waktu belajar lebih giat,” imbuh gadis remaja yang akrab disapa Agi.
Selain budaya ambisius para pelajar di universitasnya yang memacunya untuk lebih giat dalam belajar, alumnus Sekolah Cikal ini juga menceritakan sebuah pengalaman yang mendorong jiwa kepemimpinannya muncul.
Ketika masih mahasiswa baru, terutama saat masa orientasi, ia menanyakan tempat kalau mau doa itu dimana, lalu senior balik bertanya mau doa? Saat itu juga ia menyadari kalau seniornya tidak tahu maksud pertanyaannya.
Dari pengalaman ini lah ia berkontribusi mendorong lahirnya inklusivitas di kampus bagi mahasiswa minoritas dengan menghadirkan ruang refleksi untuk beribadah semua agama dan makanan halal di kantin dengan bergabung di Komite Kesetaraan dan Inklusi (Equity and Inclusion). Melalui komite ini ia menghadirkan ruang refleksi untuk ibadah dan ayam halal.
Ia merasa bahagia dan bersyukur bisa menjadi salah satu pihak yang menggerakkan hal tersebut, terutama agar setiap mahasiswa minoritas bisa lebih diterima dan mudah menyesuaikan diri.
* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Leave a Reply