Yuk Kenalan dengan Bapak Pers Indonesia, Tirto Adhi Soerjo

Sharing for Empowerment

Setelah menjalani pengasingan di Maluku, Tirto pulang ke Betawi (Jakarta) pada 1914. Ia tinggal bersama Raden Goenawan yang pernah menjadi anak didiknya saat di Medan Prijaji.

Dalam industri jurnalistik Hindia Belanda, Tirto memimpin perusahaan media bernama N.V. Medan Prijaji yang menerbitkan beberapa surat kabar berpengaruh, seperti Medan Prijaji, Soeloeh Keadilan, serta Poetri Hindia.

Tapi, semua itu gulung tikar. Setelah dari pengasingan, Tirto selalu diawasi mata-mata kolonial. Tirto pun mengalami depresi berat selama bertahun-tahun.

Tanggal 7 Desember 1918, Tirto Adhi Soerjo meninggal dunia. Ia wafat dalam usia yang muda, 38 tahun. Tirto meninggal karena disentri. Jenazah Tirto dimakamkan di kawasan Mangga Dua.

Puluhan tahun kemudian, setelah nama Tirto Adhi Soerjo terbenam, Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hadjar Dewantara menulisnya.

“Kira-kira pada tahun berdirinya Boedi Oetomo, ada seorang wartawan modern yang menarik perhatian karena lancar dan tajamnya pena yang ia pegang, yaitu almarhum R.M. Djokomono, kemudian berganti nama Tirto Adhi Soerjo. Beliau boleh disebut pelopor dalam lapangan jurnalistik,” tulis Ki Hadjar, dikutip dari buku Sebelas Perintis Pers Indonesia karya Soebagijo I.N. (1974: 34).




Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*